Hanya beberapa orang yang mencapai prestasi besar di dunia ini adalah insan-insan super intelek. Mereka punya satu sifat super yang membuat mereka terus berjaya: aku akan terus mencoba, pantang menyerah, tekun mengerjakan, terus berusaha, tetap menjalankan.
(Dari: Buku Berpikir Positif Setiap Hari, karya Norman Vincent Peale. Penerbit Interaksara, 2001)
Cari Blog Ini
Rabu, 25 Mei 2016
Minggu, 15 Mei 2016
You Are Not Alone
"Sometimes strength comes in knowing that you are not alone." (Terkadang kekuatan muncul, saat engkau tahu engkau tidak sendirian)
Kalimat ini ditemukan pada sebuah foto yang bergambar tiga perempuan kecil yang saling berpelukan. Rylie, Rheann, dan Ainsley - nama ketiganya. Sekilas mereka seperti saudara kandung karena kekompakan mereka. Ternyata mereka bukan saudara kandung, hanya tiga gadis kecil yang dipertemukan oleh keadaan yang sama - ketiganya menderita kanker.
Di usia mereka yang masih belia, mereka sudah dihadapkan pada realitas kehidupan yang berat. Saat di mana anak-anak seusia mereka menikmati hari-hari dengan permainan, canda, dan tawa; mereka harus kehilangan sebagian besar waktu mereka karena digantikan dengan jadwal kemoterapi.
Meski masa kecil mereka berbeda dengan anak-anak lain seusia mereka, senyum tetap ada di wajah mereka karena mereka ada untuk satu sama lain. Mereka berbagi suka dan duka, serta saling menguatkan.
Manusia tidak diciptakan untuk hidup terisolasi. Secara langsung atau tak langsung, seseorang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Emas dan perak tidak dapat menasihati atau menegur, manakala kita melakukan kesalahan. Rumah dan mobil mewah tak dapat menjadi teman berbagi sukacita.
Tetapi sesama manusia, meski tak pandai, tak kaya, dan tidak pula berkedudukan tinggi; dapat menjadi pendengar, pemberi solusi, penasihat, dan sebagainya. Jika hari ini beban yang kita rasakan begitu berat, sudah saatnya kita berbagi beban itu dengan teman yang sepadan.
(Dari: Buku Manna Sorgawi - Renungan untuk Pribadi, Keluarga, dan Kelompok, edisi Januari 2015. Penerbit YPI Kawanan Kecil Divisi Renungan)
Kalimat ini ditemukan pada sebuah foto yang bergambar tiga perempuan kecil yang saling berpelukan. Rylie, Rheann, dan Ainsley - nama ketiganya. Sekilas mereka seperti saudara kandung karena kekompakan mereka. Ternyata mereka bukan saudara kandung, hanya tiga gadis kecil yang dipertemukan oleh keadaan yang sama - ketiganya menderita kanker.
Di usia mereka yang masih belia, mereka sudah dihadapkan pada realitas kehidupan yang berat. Saat di mana anak-anak seusia mereka menikmati hari-hari dengan permainan, canda, dan tawa; mereka harus kehilangan sebagian besar waktu mereka karena digantikan dengan jadwal kemoterapi.
Meski masa kecil mereka berbeda dengan anak-anak lain seusia mereka, senyum tetap ada di wajah mereka karena mereka ada untuk satu sama lain. Mereka berbagi suka dan duka, serta saling menguatkan.
Manusia tidak diciptakan untuk hidup terisolasi. Secara langsung atau tak langsung, seseorang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Emas dan perak tidak dapat menasihati atau menegur, manakala kita melakukan kesalahan. Rumah dan mobil mewah tak dapat menjadi teman berbagi sukacita.
Tetapi sesama manusia, meski tak pandai, tak kaya, dan tidak pula berkedudukan tinggi; dapat menjadi pendengar, pemberi solusi, penasihat, dan sebagainya. Jika hari ini beban yang kita rasakan begitu berat, sudah saatnya kita berbagi beban itu dengan teman yang sepadan.
(Dari: Buku Manna Sorgawi - Renungan untuk Pribadi, Keluarga, dan Kelompok, edisi Januari 2015. Penerbit YPI Kawanan Kecil Divisi Renungan)
Senin, 09 Mei 2016
Pikiran
Anda dapat membuat diri Anda sehat atau sakit
menurut apa yang Anda pikirkan.
Jangan mengalirkan kembali buah-buah yang sakit dari pikiran Anda ke dalam tubuh Anda.
(Dari: Buku Berpikir Positif Setiap Hari, karya Norman Vincent Peale. Penerbit Interaksara, 2001)
menurut apa yang Anda pikirkan.
Jangan mengalirkan kembali buah-buah yang sakit dari pikiran Anda ke dalam tubuh Anda.
(Dari: Buku Berpikir Positif Setiap Hari, karya Norman Vincent Peale. Penerbit Interaksara, 2001)
Senin, 02 Mei 2016
Melewati Tantangan Kehidupan
Monte Santo di Brazil, sebuah kota yang menjadi saksi kelahiran seorang bayi laki-laki pada tahun 1977. Bayi ini lahir dengan kondisi congenital arthrogryposis dan dinyatakan tak bisa bertahan hidup.
Ibu sang bayi disarankan untuk berhenti memberi makan kepada anaknya, karena harapan hidup yang tipis. Namun, kekuatan cinta ibunda mendorongnya terus berusaha membesarkan bayinya.
Dengan penuh kasih sayang, sang ibu merawat bayi yang diberi nama Claudio Vieira de Oliveira. Bayi ini lahir dengan kepala terbalik, kedua tangannya tak dapat berfungsi, bahkan kakinya pun tidak sempurna.
Orangtuanya membuat situasi rumah sesuai dengan kondisi sang anak. Tempat tidur, stop kontak, telepon, dan lainnya dibuat lebih rendah, agar Claudio dapat menjangkau benda-benda itu dengan mudah.
Tanpa terasa, 38 tahun berlalu. Claudio tumbuh menjadi seorang dewasa yang hebat. Namanya menjadi pembicaraan di seluruh dunia, bukan sebagai pemuda cacat yang mengharapkan belas kasihan, tetapi sebagai pembicara hebat yang membuat setiap orang berdecak kagum.
Bagaimana ia bisa melewati setiap tantangan kehidupan? Dengan semangat yang gigih, Claudio belajar melakukan semuanya sendiri. Ia menjalankan mouse dengan menggunakan bibirnya, serta menggigit pena untuk menuis dan mengetik. Dengan menggunakan sepatu khusus, Claudio dapat berjalan keliling kota.
"Saya tidak melihat dunia dengan cara terbalik. Inilah yang selalu saya sampaikan saat bicara di depan publik. Saya sudah tidak takut lagi dan saya bisa katakan, saya seorang profesional, pembicara publik internasional," ujar Claudio.
Claudio dan keluarganya telah mematahkan anggapan bahwa keberhasilan hanya dapat diraih mereka yang memiliki tubuh sempurna. Ia lahir dengan kepala terbalik, tetapi pandangan dan pemikirannya tidak terbalik. Fisiknya boleh terbatas, tetapi semangat dalam dirinya tidak terbatas.
Apa pun kondisi kita saat ini, bangkitlah dan yakinlah kita masih bisa melakukan sesuatu yang berarti.
(Dari: Buku Manna Sorgawi - Renungan untuk Pribadi, Keluarga, dan Kelompok, edisi Januari 2015. Penerbit YPI Kawanan Kecil Divisi Renungan)
Ibu sang bayi disarankan untuk berhenti memberi makan kepada anaknya, karena harapan hidup yang tipis. Namun, kekuatan cinta ibunda mendorongnya terus berusaha membesarkan bayinya.
Dengan penuh kasih sayang, sang ibu merawat bayi yang diberi nama Claudio Vieira de Oliveira. Bayi ini lahir dengan kepala terbalik, kedua tangannya tak dapat berfungsi, bahkan kakinya pun tidak sempurna.
Orangtuanya membuat situasi rumah sesuai dengan kondisi sang anak. Tempat tidur, stop kontak, telepon, dan lainnya dibuat lebih rendah, agar Claudio dapat menjangkau benda-benda itu dengan mudah.
Tanpa terasa, 38 tahun berlalu. Claudio tumbuh menjadi seorang dewasa yang hebat. Namanya menjadi pembicaraan di seluruh dunia, bukan sebagai pemuda cacat yang mengharapkan belas kasihan, tetapi sebagai pembicara hebat yang membuat setiap orang berdecak kagum.
Bagaimana ia bisa melewati setiap tantangan kehidupan? Dengan semangat yang gigih, Claudio belajar melakukan semuanya sendiri. Ia menjalankan mouse dengan menggunakan bibirnya, serta menggigit pena untuk menuis dan mengetik. Dengan menggunakan sepatu khusus, Claudio dapat berjalan keliling kota.
"Saya tidak melihat dunia dengan cara terbalik. Inilah yang selalu saya sampaikan saat bicara di depan publik. Saya sudah tidak takut lagi dan saya bisa katakan, saya seorang profesional, pembicara publik internasional," ujar Claudio.
Claudio dan keluarganya telah mematahkan anggapan bahwa keberhasilan hanya dapat diraih mereka yang memiliki tubuh sempurna. Ia lahir dengan kepala terbalik, tetapi pandangan dan pemikirannya tidak terbalik. Fisiknya boleh terbatas, tetapi semangat dalam dirinya tidak terbatas.
Apa pun kondisi kita saat ini, bangkitlah dan yakinlah kita masih bisa melakukan sesuatu yang berarti.
(Dari: Buku Manna Sorgawi - Renungan untuk Pribadi, Keluarga, dan Kelompok, edisi Januari 2015. Penerbit YPI Kawanan Kecil Divisi Renungan)
Langganan:
Postingan (Atom)