Essena O'Neill |
“Tak
ada yang keren dari dirimu, jika yang kamu lakukan hanya mengunggah foto-foto
hasil editan ke media sosial untuk membuktikan kamu keren,” kata O’Neill dalam
unggahannya di situs Let’s Be Game
Changers. Di situs itu O’Neill mengunggah video-video tanpa sentuhan make-up dan baju mewah. Ia juga mem-posting hal-hal positif tentang musik,
buku, kesetaraan gender, teknologi, dan makanan sehat.
Menurut O'Neill, kecenderungan anak muda menghabiskan waktu berjam-jam
menggulir linimasa media sosial menggoreskan luka mental tersendiri. Rasa
minder, narsisme, ingin pamer, ingin diakui, hingga pada akhirnya memicu
depresi.
Semua orang berlomba-lomba menunjukkan kehidupan
paling sempurna di media sosial. Walau mereka (atau kita) harus berbohong untuk
itu. Maniak media sosial ingin menampilkan wajah paling cantik, liburan paling
mahal, dan prestasi paling gemilang. Padahal, foto-foto yang diunggah adalah hasil bidikan
beratus-ratus kali dengan pengeditan super lama.
"Saya menghabiskan
kehidupan remaja saya untuk status sosial, penerimaan sosial, dan penampakan
fisik yang basisnya adalah media sosial. Itu semua tak nyata. Itu semua
manipulasi untuk saling membandingkan diri dengan orang lain," papar O’Neill
yang memiliki lebih dari 265.000 pengikut di YouTube dan 702.000 pengikut di
Instagram.
Hal itu tak membuat O'Neill bahagia. Namun, O'Neill tak
menyalahkan Instagram atau para pendiri media sosial. Sebab, media sosial lahir
dengan itikad mulia: memudahkan komunikasi antarmanusia, menembus jarak dan
waktu. Hanya saja, pemanfaatannya telah berkembang jauh dari tujuan awal.
Saat ini kita memasuki era di mana kehidupan seseorang
diukur dari media sosial. Kesuksesan, kekayaan, kepintaran,
kebaikan, dan popularitas dilihat dari tiga indikator: foto yang
diunggah, jumlah follower dan like. Menurut O’Neill, manusia jadi lupa akan indahnya
kehidupan nyata seperti bersosialisasi dengan orang-orang, mengobrol dan berdiskusi
tentang hal-hal yang signifikan, berbagi, serta belajar hal-hal baru.
(Sumber: http://tekno.kompas.com/read/2015/11/04/09050047/Ratusan.Ribu.Follower.dan.Like.Tidak.Bikin.Bahagia?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Ktswp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar