Cari Blog Ini

Sabtu, 27 Februari 2016

Panggilan Cinta

Jika kita menghadapi perilaku tidak menyenangkan dari pasangan, keluarga, atau rekan kerja, sangatlah penting untuk menyadari bahwa perilaku ini adalah panggilan cinta.

Kemauan kita untuk mendukung orang-orang lain melewati apa yang bisa jadi merupakan masa terburuk dalam hidup mereka, memungkinkan mereka tetap bergerak dan berkembang.

Biarkan mereka tahu, sekali pun kita tak menyetujui atau menyukai perilaku mereka, kita tetap menghargai mereka. Ini adalah ujian yang bagus bagi seseorang yang mencintai.

Ini adalah panggilan bagi kepemimpinan - seseorang bersedia melewati ketidaknyamanannya dan menanggapi mereka yang menggunakan perilaku tidak menyenangkan sebagai seruan minta tolong.


Latihan

Hari ini adalah waktu untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya dalam hubungan dan hidup Anda. Carilah jalan di mana Anda bisa mencapai tingkat baru dalam memberi respons terhadap panggilan cinta, baik di rumah maupun di tempat kerja.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)  

Minggu, 21 Februari 2016

Cara Mencapai Kesempurnaan


Cara mencapai kesempurnaan dalam hidup: 
* berpasrah
* mengendalikan diri
* berbuat baik
* hening

(Sumber inspirasi: Buku Ajaran Yohanes dari Salib - Tantangan Kita Dewasa Ini hal. 65-66, karya Leonard Doohan. Penerbit Karmelindo, 2015)

Selasa, 16 Februari 2016

Pekerjaan Penting

Penumpang-penumpang yang paling belakangan masuk ke pesawat dari Seattle ke Dallas adalah seorang ibu dan tiga anaknya. "Aduh, jangan sampai mereka duduk di sebelahku," kataku dalam hati. "Banyak pekerjaan yang harus kulakukan."

Tetapi sesaat kemudian, anak perempuan berumur sebelas tahun dan adik lelakinya berumur sembilan tahun sudah melangkahi kakiku untuk duduk di kursi-kursi sebelahku. Sementara ibu mereka dan anak lelaki yang berumur empat tahun mengambil tempat duduk di belakangku.

Seketika itu juga, kedua anak yang lebih besar mulai bertengkar, sedangkan anak kecil di belakangku sebentar-sebentar menendang sandaran kursiku. "Anak-anak sama sekali tak mengerti pekerjaan penting," pikirku dengan kesal. Tiba-tiba suara dalam batinku dengan jelas dan singkat mengatakan, "Cintailah mereka."

"Ah, anak-anak ini tidak bisa diatur, padahal aku harus mengerjakan pekerjaan penting," aku berusaha membantah suara tadi. Hati sanubariku kembali berkata, "Cintailah mereka seakan-akan mereka anak-anakmu sendiri."

Karena berkali-kali mendengar anak lelaki itu bertanya kepada kakak perempuannya, "Di mana kita sekarang?" kuarahkan perhatian mereka pada peta di majalah penerbangan yang terselip dalam kantong di belakang sandaran setiap kursi. 

Kujelaskan trayek yang ditempuh pesawat dan perkiraan waktu pesawat akan mendarat di Dallas. Mereka bertanya tentang penerbangan, navigasi, ilmu pengetahuan, dan pandangan orang dewasa tentang kehidupan. 

Waktu berlalu dengan cepat, dan pekerjaanku yang 'penting' masih saja belum kusentuh. Ketika pesawat akan mendarat, aku bertanya maksud mereka ke Dallas. Ternyata mereka ingin mengunjungi ayah mereka yang meninggal di rumah sakit.

Tiba-tiba aku sadar, apa yang kami percakapkan selama penerbangan adalah pekerjaan terpenting dalam hidup ini, yaitu menjalani kehidupan, mencintai, dan terus berkembang meski mengalami kesedihan mendalam.

Ketika kami berpisah di bandara Dallas, aku bersalaman dengan kedua anak itu. Mereka mengucapkan terima kasih kepadaku karena telah menjadi 'guru di angkasa' bagi mereka. Dan aku berterima kasih karena mereka pun menjadi 'guru angkasa' bagiku. (Dan S. Bagley, profesor Komunikasi Massa di University of South Florida)

(Dari: buku A Cup of Chicken Soup for the Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Barry Spilchuk. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2000)

Selasa, 09 Februari 2016

Layanan dengan Senyuman

Segala yang aku ketahui tentang cara berjualan aku pelajari dari ayahku Walt. Umurku saat itu 12 tahun. Suatu sore di toko mebelnya di Michigan, ketika aku sedang menyapu lantai, seorang wanita paruh baya masuk ke toko.

"Anak muda, saya membeli sebuah sofa di toko ini, sekarang kakinya lepas. Kapan kalian dapat membetulkannya?" tanya wanita itu.
"Kapan Anda membelinya, Nyonya?" 
"Sekitar sepuluh tahun lalu."

Kukatakan kepada ayah, wanita itu mengira kami akan memperbaiki sofa tuanya secara gratis. Ayah mengatakan agar aku memberitahu wanita tersebut bahwa kami akan datang siang itu juga.

Kami datang ke rumah wanita itu. Setelah menyekrupkan kaki yang baru ke sofanya, kami pulang. Dalam perjalanan ayah bertanya, "Apa yang sedang kau pikirkan, nak?"

"Ayah kan tahu, aku ingin kuliah. Kalau kita selalu berkeliling memperbaiki sofa-sofa tua secara gratis, lama-kelamaan kita bisa bangkrut," ujarku.
"Kau kuajak karena kau memang perlu belajar melakukan pekerjaan perbaikan. Selain itu, hal paling penting lepas dari perhatianmu. Kau tidak melihat merek toko ketika kita membalikkan sofa tadi. Wanita itu membelinya di toko Sears," tutur ayah.

"Kita mengerjakan perbaikan tadi secara gratis, padahal wanita itu bukan pelanggan kita?" tanyaku. Sambil menatapku, ayah berkata, "Sekarang ia menjadi pelanggan kita."

Dua hari kemudian, wanita itu datang lagi ke toko ayah dan membeli beberapa mebel baru seharga beberapa ribu dolar. Sejak hari itu, sudah 30 tahun lamanya aku bekerja sebagai salesman. Aku selalu mencapai nilai keberhasilan transaksi tertinggi di setiap perusahaan yang aku wakili, karena aku tidak pernah meremehkan orang lain. (Michael T. Burcon)

(Dari: Buku Chicken Soup for the Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Barry Spilchuk. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2000)

Minggu, 07 Februari 2016

Uang

Sama sekali tidak ada salahnya memiliki uang, 
kecuali jika uang itu memiliki Anda.  

(Dari: Buku Berpikir Positif Setiap Hari, karya Norman Vincent Peale. Penerbit Interaksara, 2001)
 

Selasa, 02 Februari 2016

Kebencian

Kebencian atau dendam tidak menyakiti orang yang Anda tidak sukai, tetapi setiap hari dalam kehidupan Anda perasaan itu menggerogoti Anda.


(Dari: Buku Berpikir Positif Setiap Hari, karya Norman Vincent Peale. Penerbit Interaksara, 2001)