Cari Blog Ini

Rabu, 20 Mei 2015

Menjadi Bintang

Seorang bintang adalah seseorang yang begitu berkilau, yang memberi seutuhnya, yang mencintai sepenuhnya; sehingga semua orang tertarik dengan kilaunya untuk menemukan jalan pulang.

Bagi kita, sungguh-sungguh mengenal diri sendiri sama dengan mengetahui bahwa kita adalah seorang bintang. Bagi kita, sungguh-sungguh menjadi diri sendiri adalah mengenali kejeniusan dalam diri kita, dan mengetahui betapa diri kita menjadi anugerah bagi semua orang di sekeliling kita.

Bintang bisa jadi melakukan hal secara diam-diam, namun bintang tetap  berkilau sehingga menyala dalam kegelapan.

Latihan

Hari ini, kenalilah diri Anda sendiri sebagai bintang, dan biarkan pergi apa pun yang menghentikan Anda untuk berkilau. Pilihlah untuk memaafkan, melepaskan keluhan atau penilaian apa pun yang membuat Anda membatasi diri sendiri, orang lain, atau situasi. Pilihlah untuk tidak menggunakan apa pun atau siapa pun untuk menghambat Anda. Pilihlah untuk mencintai sepenuhnya.  

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Senin, 18 Mei 2015

Seni Teragung

Menjadi diri sendiri akan membuat kita hidup demi tujuan kita, dan bukan hidup atas persetujuan. Tujuan kita adalah yang terbaik yang bisa kita - di antara semua orang di dunia - lakukan. Jika kita tak melakukannya, jika kita tak jujur kepada diri sendiri, siapa yang akan melakukannya?

Jika kita tak melakukan apa yang harus kita lakukan, tak seorang pun bisa melakukannya. Tak ada yang melakukannya sampai kita bersedia memberikan bagian kita, sampai kita bersedia menjadi diri kita sendiri.

Kebanyakan orang takut akan tujuan hidup mereka sendiri dan keagungan yang tersirat dari tujuan itu. Ketika takut terhadap tujuan kita, kita takut terhadap cinta, hasrat, dan kebahagiaan kita sendiri.

Kebanyakan kita merasa tak berharga atau kita berusaha mengontrol perasaan nyaman kita. Ini hanyalah gejala ketakutan yang akan menyingkirkan kita dari kebenaran, visi, dan keagungan kita. 

Seni teragung, pemberian teragung, adalah menjadi diri kita sendiri. Dengan menjadi diri sendiri dalam segenap keagungan kita, kita menunjukkan betapa kita mencintai dunia. Ketika kita mengungkap kehadiran kita, kita memberikan persembahan terbaik yang bisa kita berikan kepada kehidupan.

Latihan

Hari ini, bayangkan Anda sedang melukis mahakarya yang indah. Mahakarya ini adalah Anda, potret hidup Anda. Menjadi diri Anda adalah menjadi seniman dengan tangan yang terinspirasi, cat dengan warna-warni sejati, dan sekaligus lukisannya. 

Seni teragung adalah menjadi diri sendiri. Berikanlah mahakarya diri Anda ini sebagai persembahan Anda bagi kehidupan.  

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Kamis, 14 Mei 2015

Di Mana Kebijaksanaan Berada?

Ketika sang penemu besar Thomas Alva Edison(1847-1931) merasa terhambat suatu halangan di tengah eksperimen yang sulit, ia menggunakan sebuah metode unik untuk mendapatkan jawaban yang diinginkannya.

Ia membaringkan diri di atas sofa sambil menggenggam batu, lalu ia tidur sejenak. ketika tertidur, ia masuk ke pikiran bawah sadarnya yang ia ketahui sebagai sumber tiada henti bagi gagasan-gagasan terbaiknya dan gerbang bagi kecerdasan yang tak berbatas.

Setelah tubuhnya menjadi rileks, Edison serta merta melonggarkan genggamannya pada batu. Batu jatuh ke lantai, mengeluarkan suara keras sehingga membangunkannya dari tidur singkat.

Saat itulah, Edison masih ingat dengan jelas gagasan yang ia gali dalam tidurnya tadi, ia pun segera menuangkan gagasan tersebut dalam tulisan. Itulah rahasianya.

Edison menghasilkan lebih dari 1.000 hak paten, termasuk hak paten untuk lampu pijar, alat perekam suara, baterai alkaline, dan gambar bergerak.


***

Ada suatu tempat dalam diri Anda yang sudah mengetahui jawaban-jawaban yang Anda cari. Di bawah dan di luar permukaan diri Anda atau alam berpikir Anda adalah alam kesadaran tinggi Anda yang selalu berkomunikasi secara langsung dengan Tuhan. Kesadaran ini adalah buah pikiran yang mengekspresikan diri melalui Anda.

Anda memiliki akses yang mudah untuk mencapai kecerdasan dalam diri Anda. Cukup alihkan pusat perhatian Anda, maka pengetahuan sejati dalam diri Anda akan muncul.

Anda dapat memperolehnya dari banyak gerbang yang berbeda. Salah satunya melalui relaksasi yang mendalam seperti tidur yang berkualitas di malam hari. Meditasi juga dapat membuka jalur ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi.

Banyak orang mengakses intuisi mereka melalui musik, seni, tulisan kreatif, atau melalui hobi yang sangat mengasyikkan. Sementara yang lain mengakses intuisi mereka melalui latihan fisik seperti olah raga, yoga, tai chi, dan seni bela diri. Sebagian orang lain mengetahui bahwa kontak mereka melalui alam memungkinkan Tuhan berbicara kepada mereka.

Apa pun cara Anda mengakses, kebijaksanaan ada dan menunggu Anda setiap saat. Akal pikiran bisa membantu, tetapi mudah berubah dan sering kali tidak jernih. Pengetahuan sejati ada dalam diri Anda. Ketika Anda minta pengetahuan itu untuk tampil ke depan, ia akan dengan senang hati memberikan kepada Anda jawaban yang Anda cari.

(Dari: Buku Hati yang Bijaksana - Renungan untuk Kehidupan yang Lebih Berarti, karya Alan Cohen. Penerbit Interaksara, 2005)

Rabu, 13 Mei 2015

Cemburu adalah Balas Dendam pada Diri Sendiri

Cemburu adalah salah satu perasaan paling tidak menyenangkan yang bisa kita alami, karena kita melekatkan kebahagiaan kita pada perilaku orang lain. Ini tentu saja membuat kita pedih.

Cemburu adalah perpaduan ketergantungan, perasaan takut kehilangan, terluka, penolakan, rendah diri, tidak berharga, dan marah. Perasaan ini begitu menyakitkan, sehingga kita perlu membebaskannya.

Cemburu adalah bentuk pemerasan emosional, karena kita berusaha mengendalikan orang lain melalui perasaan kita yang kacau, terlepas apakah mereka mengetahui apa yang kita rasakan atau tidak. 

Jika kita rela melepaskan kriteria penilaian kita dari tindakan orang lain, kita akan membebaskan diri dari perasaan cemburu. Kita lalu akan mengenali bahwa mereka bersikap demikian bukan karena kebutuhan atau dorongan dari diri mereka sendiri. Begitu kita melepaskan situasi itu dan bergerak maju, situasi itu akan berubah dan terbuka secara alamiah.

Latihan

Hari ini, latihannya adalah melepaskan sesuatu. Anda bisa cemburu hanya jika Anda sedang bersaing untuk seseorang. Artinya, Anda percaya akan kehilangan dan Anda yang kehilangan.

Bersedialah untuk melepaskan keterikatan dan melangkah maju. Makin jauh Anda maju, makin besar Anda menemukan tempat di mana semua bisa menang dengan menemukan hubungan alami mereka.

Jika Anda sudah melepasnya dan bergerak maju, Anda akan lebih merasa damai dalam hubungan Anda. Jika dia bukan pasangan sejati Anda, Anda akan menemukan pasangan sejati Anda. Ini bukan berarti Anda mencampakkan orang tersebut atau lari dari situasi, melainkan melepaskan keterikatan Anda dari situasi yang menurut Anda seharusnya terjadi.  

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses hal. 252, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Minggu, 10 Mei 2015

Wanita Lain

Setelah 21 tahun menikah, aku menemukan cara baru untuk menjaga agar api cinta dan keintiman hubunganku dengan istriku tetap bernyala. Aku mulai "mengencani wanita lain" atas saran istriku. Wanita lain itu adalah Ibuku. 

Ibuku seorang janda berusia 71 tahun, hidup sendirian setelah ayah wafat 19 tahun silam. Beliau tinggal berjarak 2.500 mil dari California, tempat aku memulai karier dan keluarga sendiri.

Karena tuntutan pekerjaan dan ketiga anakku, aku tak pernah bisa sering menengok Ibuku. Kami hanya bertemu saat acara kumpul keluarga dan hari libur.

Ibu terperanjat dan curiga ketika aku menelepon dan mengusulkan kami berdua pergi makan malam dan menonton. "Ada yang tidak beres?" tanyanya. "Ada baiknya saya menghabiskan waktu bersamamu," kataku.

Aku merasa gugup saat mengendarai mobil menuju ke rumah Ibu sepulang kerja hari Jumat. Apa yang akan kami bicarakan? Bagaimana seandainya Ibu tak suka restoran pilihanku atau film yang akan kami tonton?

Kami tak pergi ke tempat mewah, hanya ke tempat yang dekat di mana kami bisa mengobrol. Aku membacakan menu di restoran itu. "Dulu, biasanya saya yang menjadi pembaca menu, ketika kamu masih kecil," kenang Ibu.

Percakapan kami menyenangkan sepanjang makan malam. Tak ada yang luar biasa, hanya memahami kehidupan masing-masing. Begitu banyak kami berbicara, sehingga tak sempat pergi menonton film.

Sejak malam itu, aku secara teratur "mengencani" Ibu. Kami selalu pergi makan malam, terkadang pergi nonton juga. Aku bercerita tentang kesulitan sehari-hari di pekerjaan serta membanggakan istri dan anak-anakku. Ibu menceritakan masa lalunya. Mendengarkan cerita-cerita Ibu, aku menyadari betapa penting mengetahui bagian dari sejarah hidupku.

Istriku benar. "Mengencani wanita lain" telah membantu pernikahan kami. Hal itu membuatku menjadi suami dan ayah yang lebih baik, mudah-mudahan juga seorang anak yang lebih baik. Terima kasih, Ibu, aku mencintaimu. (David Farrell)  

(Dari: Buku Chicken Soup for the Woman's Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne, Marci Shimoff. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997)

Rabu, 06 Mei 2015

Si Tukang Omong

Aku bosan dengan para tukang omong serta celoteh mereka. Ketika aku bangun di pagi hari untuk membaca surat-surat dan majalah-majalah yang diletakkan di samping tempat tidurku, kutemukan semuanya penuh dengan omongan sia-sia tak bermakna yang penuh kemunafikan.

Ketika kududuk dekat jendela untuk menyingkapkan selubung tidur dari mataku dan menghirup kopi Turki-ku, si Tukang Omong muncul di hadapanku, melompat-lompat, berseru, dan menggerutu.

Ketika aku berangkat kerja, si Tukang Omong ikut, berbisik di telingaku dan menggelitik otakku yang peka. Ketika kucoba menyingkirkannya, ia malah tertawa geli dan segera kembali berceloteh tak berguna.

Ketika aku duduk dengan seorang teman, si Tukang Omong, tanpa diundang, ikut nimbrung. Kalau aku menghindarinya, ia tetap saja bisa demikian dekat sehingga gema suaranya menjengkelkanku.

Ketika aku berkunjung ke pengadilan dan lembaga pembelajaran, kutemukan si Tukang Omong dengan ayah dan ibunya mengenakan Kepalsuan dalam pakaian sutra dan Kemunafikan dalam jubah kebesaran.

Ketika aku mampir di kantor dan pabrik, di sana pun, di luar dugaanku, kutemukan si Tukang Omong, di tengah-tengah ibunya, bibinya, dan kakeknya, berceloteh dengan bibirnya yang tebal. 

Ketika pulang menjelang malam, kutemukan dia juga di sana. Dari langit-langit ia bergantung seperti ular; atau merayap seperti ular besar di keempat sudut rumahku.

Singkatnya, si Tukang Omong ada di mana-mana. Di manakah seorang pencinta keheningan dan ketenangan dapat menjauhkan diri darinya? 

Adakah sebuah tempat di alam semesta ini, di mana aku dapat pergi dan tinggal bahagia sendirian? Adakah sebuah tempat, di mana tak ada pertukaran omongan yang sia-sia?

Kalau saja hanya ada satu jenis tukang omong, aku akan maklum. Tetapi tukang omong itu banyak sekali. Mereka dapat dibagi menjadi beberapa suku dan golongan:

Ada kumpulan tukang omong yang membayangkan kehidupan bagai sepotong kayu, dari mana mereka berusaha membentuk sesuatu bagi diri mereka sendiri, sambil menimbulkan suara yang lebih buruk dibandingkan bisingnya pabrik penggergajian.

Ada golongan yang anggota-anggotanya tidak tahu harus berbuat apa-apa selain duduk, setiap kali tersedia tempat duduk, dan mengunyah kata-kata ketimbang mengucapkannya di sana. 

Sesekali kita temukan suatu kumpulan tukang omong yang menenun udara dari udara, tetapi tetap tanpa pakaian. Sering kali kita jumpai kelompok tukang omong yang aneh, yang perwakilannya seperti burung-burung biasa tetapi menganggap diri mereka burung elang ketika melambung di dalam arus kata-kata mereka. 

Masih ada suku dan golongan tukang omong, tetapi terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu. Setelah mengungkapkan kebencianku terhadap si Tukang Omong dan rekan-rekannya, kutemukan diriku seperti dokter yang tak dapat menyembuhkan diri sendiri, atau seperti seorang terdakwa yang berkhotbah kepada rekan-rekan satu selnya.

Aku telah menyindir si Tukang Omong dan teman-temannya yang suka berceloteh itu - dengan celotehku sendiri. Aku lari dari para tukang omong, tetapi aku sendiri salah seorang dari mereka.

Akankah Allah mengampuni dosa-dosaku, sebelum Ia memberkatiku dan menempatkanku di dunia Pikiran, Kebenaran, dan Kasih Sayang, di mana tak ada tukang omong? (Kahlil Gibran, 1883-1931)

(Dari: Buku Renungan dan Meditasi, karya Kahlil Gibran. Penerbit Classic Press, 2003)

Minggu, 03 Mei 2015

Tanpa Menilai

Jika kita menilai seseorang, kita akan terperangkap oleh apa yang kita nilai. Dengan memberi penilaian, kita merasa benar, tetapi hal itu tidak membuat kita maju.

Kerelaan kita untuk salah, membuat kita senantiasa bergerak maju. Kerelaan kita untuk tidak selalu mengetahui jawaban, berarti kita masih bisa diajari sesuatu. Jika kita adalah sebuah gelas yang penuh air, tak ada lagi yang bisa dituangkan ke dalam diri kita.

Penilaian kita mengatakan, "Tidak ada yang bisa diajarkan lagi. Saya punya seluruh jawabannya." Saya jadi terperangkap. Padahal, selalu ada sesuatu untuk dipelajari.

Memilih untuk tidak lagi memberi penilaian dan mengakui bahwa situasinya bisa jadi lebih pelik daripada yang kita lihat, memungkinkan kita memandang sesuatu dengan perspektif yang lebih luas.


Latihan

Hari ini, cobalah Anda sisihkan waktu untuk menemukan apa yang Anda nilai, sehingga Anda terperangkap. Bersedialah untuk melepaskannya. 

Bayangkan Anda menempatkan penilaian Anda dalam sebuah perahu kecil yang hanyut di aliran sungai yang deras, kemudian mengalir ke laut, dan hilang dari pikiran Anda. Lalu, dari hulu sungai, sebuah jawaban menghampiri Anda, yaitu langkah berikut dari situasi yang tengah Anda hadapi.  

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)