Cari Blog Ini

Sabtu, 31 Mei 2014

Komunikasi Cinta

Bagiku doa adalah komunikasi cinta antara dua sahabat yang aku tahu Ia mencintaiku. Cinta menjadi sarana penting dalam menjalin persahabatan yang intim dan radikal dengan Allah. 

Bagaimana cinta itu harus diwujudkan, aku sendiri tidak tahu. Namun, kepadaku dikatakan bahwa Allah sendiri yang akan memberi jalan dan cara. Allah akan menunjukkan cintaNya kepada manusia yang tidak berpengalaman dalam mencinta. Dengan rahmatNya, manusia memperoleh keutamaan, bagaimana seharusnya mencinta.

Cinta meminta jiwa berdoa kepada Allah bagi semua orang. Karenanya, jiwa tidak bahagia sebelum melihat orang lain maju dalam kebajikan, tidak bisa makan dan tidur dengan lebih nikmat tanpa memerhatikan orang lain. Cinta mengabaikan kepentingan diri, yang diinginkannya ialah melihat jiwa lain kaya dengan berkat surgawi. (St. Teresa Avila)

(Dari: Buku Kerinduan yang Menantang - Seri ke-1 Pengalaman Mistik St. Teresa Avila, karya Inocens Ruben Heru. Penerbit Kanisius, 2007)

Sabtu, 24 Mei 2014

Berkata "Tidak"

"Tidak" adalah kata yang membuat perasaan tak nyaman. Kerap kali kata itu sulit diutarakan. Banyak alasannya: takut mengecewakan teman-teman kita, takut kehilangan kesempatan menarik, takut tidak mendapat promosi jabatan.

Meski demikian, kita semua adalah manusia dan sama-sama memiliki batas-batas manusiawi, termasuk batas waktu yang hanya 24 jam per hari. Ketika tuntutan waktu kita melampaui waktu yang tersedia, maka kata "tidak" adalah kata yang berlaku.

Mengatakan "tidak" bukan suatu alasan untuk tidak mau terlibat, atau kemalasan, atau ketidakpekaan. Sebaliknya, bila kata ini digunakan secara tepat, sesungguhnya itu semata merupakan suatu mekanisme untuk menjalani prioritas-prioritas dalam hidup kita - dengan mempersilakan Allah mengatur hidup kita.

"Tidak" adalah kata yang menunjukkan fokus. Ketika Steve Jobs kembali mengambil alih Apple Computer untuk kedua kali, ia memutuskan perusahaan itu perlu fokus. "Berfokus bukan berarti mengatakan ya, melainkan berkata tidak," kata Jobs.

Menjalani hidup yang "mengendalikan diri," butuh introspeksi dan wawasan ke dalam. Berlatihlah berkata "tidak" meski untuk hal-hal baik sekali pun, sehingga Anda bisa berkata "ya" pada hal-hal yang benar. 

Waspadalah, agar Anda memahami proritas mana yang Anda rangkul dengan kata "ya" dan prioritas mana yang Anda tolak dengan kata "tidak." Bila dilakukan dengan benar, hal itu akan sangat berpengaruh. 

(Dari: Buku A Minute of Margin - 180 Inspirasi Harian Mengembalikan Keseimbangan Kepada Hidup yang Baik, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit Pionir Jaya, 2007)

Rabu, 21 Mei 2014

Bukan untuk Memenuhi Semua Kebutuhan

Sering terjadi, kita mengalami masa indah di awal suatu relasi. Kita lantas mengira relasi itu berasal dari surga - kita telah menemukan orang yang akan memenuhi semua kebutuhan kita! Dan ketika kebutuhan kita tidak dipenuhi, kita menganggap relasi itu berasal dari neraka.

Salah satu kesalahan terbesar kita adalah mengira pasangan kita hadir untuk mengurus kita, menjadi tempat kita bermanja-manja, sosok yang senantiasa menyenangkan hati kita. 

Mengharapkan pasangan kita memenuhi kebutuhan kita sebenarnya mengganjal relasi, karena entah ia memenuhi kebutuhan kita atau tidak, setiap kali kita merasa tidak enak, kita akan menyalahkannya. Ini bukan tujuan dari suatu relasi.

Kebahagiaan adalah tujuan suatu relasi. Hal itu bukan muncul dari harapan bahwa pasangan kita akan memenuhi kebutuhan kita. Kebahagiaan berasal dari kemampuan kita menciptakan relasi, memberi dan menerima, serta menjembatani perbedaan yang selanjutnya akan membentuk kepercayaan dalam suatu relasi.

Latihan

Pilihlah seseorang yang dekat dengan Anda, entah di keluarga atau di tempat kerja. Sepanjang hari, bersikaplah mendukungnya - mulai dari pikiran, perasaan, dan perilaku Anda. Keberhasilan orang itu adalah keberhasilan Anda, kegembiraan orang itu adalah kegembiraan Anda. Biarkan kreativitas Anda muncul, ketika Anda mencari berbagai cara untuk mendukungnya. 

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Minggu, 18 Mei 2014

Telinga dan Suara Jangkrik di Kejauhan

Sama seperti mata mengubah photon menjadi sinyal-sinyal elektrik sehingga bisa "dilihat" otak, begitu pula telinga mengubah gelombang-gelombang suara menjadi sinyal-sinyal elektrik sehingga bisa "didengar" otak.

Dalam beberapa hal, sesungguhnya telinga mengungguli mata. Telinga bisa mendengar jangkauan intensitas suara lebih luas (satu triliun kali) daripada jangkauan intensitas cahaya yang bisa dilihat mata (sepuluh miliar kali).

Gendang telinga memiliki ketebalan yang sama dengan selembar kertas dan sangat peka terhadap segala getaran. Gendang telinga bisa bergetar pelan kira-kira 20x per detik dan bisa bergetar cepat kira-kira 20.000x per detik. Kepekaan inilah yang memungkinkan gendang telinga bisa mendengar suara jangkrik yang jauhnya sekitar 800 meter di malam hening.

Telinga memiliki sejuta bagian yang terus bergerak dan merupakan bukti ketelitian Sang Pencipta. Namun, sama dengan hal-hal lain dalam kehidupan, makhluk ciptaanNya sering menyalahgunakan karunia ini. Telinga semakin disiksa wabah kegaduhan dan suara-suara menggelegar lainnya. Suara gaduh bagi telinga sama dengan cahaya yang terlampau terang bagi mata.

Suara gaduh merupakan racun bagi sel-sel telinga yang peka, bagi jantung, pembuluh-pembuluh dan sistem saraf, serta kesehatan mental dan spiritual kita. Suara-suara gaduh biasanya meredam suara Allah. Hanya sedikit di antara kita yang bisa sungguh bersyukur atas persekongkolan suara bising dahsyat yang menimpa kita, sehingga kita tidak memiliki ketenangan yang diperlukan untuk pertumbuhan batin.

Menyadari suara-suara bising yang berlebihan bisa menyebabkan stres, kurangilah ruang lingkup tingkat kegaduhan dalam hidup Anda. Waktu tenang yang teratur sangat dibutuhkan. Setelah waktu tenang, kita bisa bertemu dengan orang-orang lain dengan cara pandang baru. 

(Dari: Buku A Minute of Margin - 180 Inspirasi Harian Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit Pionir Jaya, 2007)

Kamis, 15 Mei 2014

Jika Menyakitkan, Bukan Cinta

Berbeda dari yang disampaikan berbagai lagu, buku, dan fiksi kepada kita; jika menyakitkan maka itu bukan cinta. Hanya kebutuhan kita yang menyakitkan, hanya tidak mendapatkan yang kita inginkan itu yang menyakitkan.

Cinta tak mungkin menyakiti, karena cinta adalah perasaan terhubung yang membawa sukacita. Jika kita menyusut, mengerut, atau menjauh - itulah yang menyakitkan. Jika kebutuhan kita tidak terpenuhi, rasanya sakit. Jika sesuatu dalam hubungan menimbulkan luka lama, kita merasa sakit. 

Cinta tidak menyakiti kita, cinta justru memperluas kita. Kadang kala, jika hati kita meluas, rasanya seperti "sedikit sakit," tetapi itu sebenarnya kekayaan hati kita yang bertumbuh dalam cinta dan apresiasi. Hati Anda mulai menari kembali, setelah lumpuh beberapa lama. Ada nuansa manis yang sesungguhnya, ketika hati kita meluas bersama cinta.

Latihan

Hari ini cobalah simak situasi di mana Anda berusaha mengukur cinta Anda dengan sakit hati yang Anda rasakan. Apakah Anda menutupi kebutuhan Anda sebagai cinta, dan berusaha agar orang lain merespons dengan cara yang sama? Bersediakah Anda menyingkirkan semua kebutuhan itu, sehingga Anda bisa bergerak maju dan membangun relasi tidak sebagaimana yang Anda inginkan dari mereka, tetapi sebagaimana diri mereka adanya?

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)
 

Senin, 12 Mei 2014

Menangkap Pencuri Kebajikan

Untuk maju dalam hidup doa, jiwa perlu menangkap pencuri kebajikan. Pencuri paling jahat yang aku maksudkan adalah diri sendiri. 

Kalau jiwa tidak waspada melawan kehendaknya sendiri, akan terjadi banyak hal yang justru melenyapkan kebebasan rohnya yang suci. 

Satu bantuan untuk melawan kehendak sendiri yang sering kali liar itu ialah selalu memusatkan perhatian pada yang tak pernah berakhir, dan mengingat betapa fana semua karena segalanya akan berakhir. (St. Teresa Avila)

(Dari: Buku Kerinduan yang Menantang - Seri ke-1 Pengalaman Mistik St. Teresa Avila, karya Inocens Ruben Heru. Penerbit Kanisius, 2007)
 

Sabtu, 10 Mei 2014

Penghemat Waktu yang Tidak Menghemat Waktu

Banyak yang beranggapan, kemajuan akan membuat orang punya lebih banyak waktu. Namun, ternyata sebaliknyalah yang terjadi. Kemajuan memang memberi kita segala sesuatu yang semakin banyak dan semakin cepat. Waktu kita pun dengan sendirinya menjadi lebih banyak terkonsumsi.

Untuk setiap jam yang dihemat oleh kemajuan teknologi, ada dua jam lebih yang dipakai untuk menerima akibat-akibat dari aktivitas ini, secara langsung maupun tidak langsung. Karena kenyataan tersebut tidak sejalan dengan intuisi dan tidak terlihat jelas, kita tidak sadar hal ini sedang terjadi.

Teknologi berperan dalam hampir setiap bentuk kelebihan beban hidup di masa kini. Contohnya, kelebihan beban akses hanya mungkin terjadi karena teknologi pengakses sekarang mobilitasnya tinggi dan bentuknya mini, sehingga kita tak lagi punya alasan untuk tidak menerima panggilan telepon dari segala penjuru dunia.

Kelebihan beban media telah meledak, justru karena teknologi memberi kita revolusi telekomunikasi yang belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah manusia. Sekarang, bahkan ada pesawat televisi yang bisa dipasang di kepala. 

Perkembangan-perkembangan tersebut mengejutkan. Kini kita dihadapkan dengan kondisi baru: teknologi penghemat waktu sebenarnya tidak menghemat waktu. Sebaliknya, teknologi ini malah memadatkan waktu dan memakan banyak waktu. 

Semua negara dengan teknologi yang paling bisa menghemat waktu adalah negara-negara yang memiliki paling banyak ketegangan. Jam dinding, jam tangan, alarm, komputer, telepon seluler, e-mail, mesin penjawab telepon, voice-mail, dan perangkat modern lainnya, masing-masing memiliki peranan dalam perkembangan ini, gunakanlah semua dengan bijak.

Ingatlah bahwa teknologi sangat bertanggung jawab atas kelaparan waktu dan kelebihan beban hidup yang kita alami. Karena itu, sangatlah menolong kalau kita ingat di mana letak tombol "off." Anda bisa menggunakan teknologi secara selektif, dan Anda juga bisa menghentikannya secara selektif. Cobalah melepaskan diri dari perangkat-perangkat modern itu selama sehari, atau selama akhir pekan, atau bahkan selama seminggu.

(Dari: Buku A Minute of Margin - 180 Inspirasi Harian Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit Pionir Jaya, 2007)
  

Kamis, 08 Mei 2014

Menakhlukkan Kemarahan

Elizabeth Kenny, seorang perawat Australia yang menciptakan metode Kenny untuk merawat penderita polio, suatu hari ditanya oleh sahabatnya bagaimana ia bisa selalu gembira dan tersenyum? 

Elizabeth mengakui, sewaktu ia masih remaja, ia sering marah. "Suatu hari, ketika sedang marah kepada seorang teman karena masalah sepele, ibuku memberi nasihat yang sampai sekarang tetap melekat dan menjadi pedoman hidupku sejak saat itu. Ibuku berkata, 'Elizabeth, orang yang bisa membuatmu marah, berarti ia telah menakhlukkanmu.'"

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)

Selasa, 06 Mei 2014

Bangunlah Jembatan

Sering kali dalam sebuah relasi, kita merasa jika kita bergerak mendekati dan menyerahkan diri sepenuhnya pada pasangan kita, malah maksud yang ingin kita sampaikan menjadi samar. 

Sebaliknya, jika kita membangun jembatan menuju pasangan kita, maksud kita akan terintegrasi dengan maksud pasangan kita. Yang terpenting dalam hal ini bukanlah mempertahankan sisi kita dalam relasi tersebut, tetapi membangun jembatan yang menghubungkan kita dengan pasangan kita. 

Segera setelah kita melakukannya, setiap pihak akan merasa didengarkan dan diperhatikan. Masing-masing puas, karena muncul bentuk relasi yang baru dari kedua sisi, yang menciptakan relasi dua arah.

Latihan
Ingatlah seseorang yang menurut Anda selama ini relasinya jauh dari Anda. Bayangkan Anda membangun jembatan yang menghubungkan Anda dengan orang itu. 

Pada saat jembatan telah terbangun, bayangkan ia menyongsong Anda dan Anda mendekatinya. Rasakan energi dari orang itu yang bertemu dengan Anda dan energi Anda. Rasakan betapa indahnya hal ini. 

Perhatikan hasilnya, saat penyatuan tersebut dimulai dan terus meningkat bagi Anda berdua. Hal ini akan mengubah keadaan sebelumnya.

Ketika Anda membangun sebuah jembatan, Anda tidak hanya mendapatkan sisi Anda, tetapi Anda berdua mendapatkan kedua sisi, dan itu sama artinya dengan mendapatkan seluruh sungai.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)
  

Minggu, 04 Mei 2014

Kisah Henry Crowell

Ketika Henry Parsons Crowell (1855-1943) berumur 9 tahun, ayahnya meninggal karena tuberkulosis (TBC). Delapan tahun berselang, Henry tertular penyakit itu. 

Suatu kali dalam keadaan sekarat, Henry menghadiri pertemuan keagamaan. Ia mendengar sang pembicara mengatakan, "Dunia masih akan melihat apa yang dapat dilakukan Tuhan melalui orang yang sepenuhnya mengabdi kepadaNya."

Henry bertekad menjadi orangnya Tuhan. Ia berangsur sembuh dan mulai mengikuti naluri bisnisnya. Dengan cerdik ia menginvestasikan kekayaan keluarga melalui sejumlah perusahaan. 

Ketika penggilingan milik keluarga Quakers ditawarkan, Henry membelinya. Ia memimpikan produk sereal modern bagi keluarga-keluarga Amerika. Lahirlah Quaker Oats Company. Uang mengalir masuk. Secara konsisten Henry menyumbangkan 65-70% pemasukannya untuk amal. 

Dalam pidato terakhirnya, Crowell mengingatkan, "Semakin kompeten Anda, semakin kuat godaan untuk menyerah pada aktivitas yang bertumpuk. Godaannya itu adalah mencuri waktu yang seharusnya untuk beribadah menjadi untuk aktivitas. Ada yang harus dilepaskan. Dengan berat hati dan perlahan-lahan, Anda akan mengurangi waktu beribadah. Janganlah mengurangi waktu beribadah pribadi Anda, sekuat apa pun tekanannya." 

Setelah kematiannya, keluarga menemukan sehelai kartu di mejanya. Kartu itu ditulis 40 tahun silam dan disimpan di sakunya selama tahun-tahun itu. Pada kartu tersebut tertera falsafah hidupnya: jika hidupku bisa selalu dijalankan untuk menyenangkanNya, aku akan sangat bahagia.

(Dari: Buku Real Stories for the Soul jilid ke-1, karya Robert J. Morgan. Penerbit Gospel Press, 2003)

Kamis, 01 Mei 2014

Barang Dunia

Sebenarnya, bukan memiliki barang-barang duniawi yang menjadi soal, tetapi kelekatan dan keinginan yang tidak teratur akan barang-barang duniawilah yang menghambat seseorang untuk sampai pada relasi yang mendalam dengan Tuhan. 

Santo Yohanes dari Salib menganjurkan, berusahalah agar engkau selalu cenderung:

Bukan untuk yang paling mudah, tetapi untuk yang paling sukar;
Bukan untuk yang paling nikmat, tetapi untuk yang paling hambar;
Bukan untuk yang paling memuaskan, tetapi untuk yang paling tidak menyenangkan;
Bukan untuk yang memberi istirahat bagimu, tetapi untuk apa yang berarti kerja keras;
Bukan untuk apa yang paling memberikan penghiburan, tetapi untuk yang paling menjemukan;
Bukan untuk yang paling besar, tetapi untuk yang paling kecil;
Bukan untuk yang paling luhur dan paling berharga, tetapi untuk yang paling rendah dan paling remeh;
Bukan untuk menginginkan sesuatu, tetapi untuk tidak menginginkan apa-apa;
Janganlah mencari barang-barang duniawi yang paling baik, tetapi yang paling jelek;
Pupuklah kerinduan untuk masuk ke dalam kehampaan, kekosongan, dan kemiskinan total dalam segala sesuatu yang menyangkut barang-barang dunia.

(Dari: Buku Cita-Cita Rohani St. Yohanes Salib, karya Rm. Yohanes Indrakusuma, O.Carm. Penerbit Pertapaan Shanti Bhuana, 2006)