Cari Blog Ini

Senin, 28 April 2014

Dimaafkan dan Memaafkan

Aku selalu bertualang dengan kesalahan-kesalahanku. Orang saleh pun jatuh tujuh kali sehari. Pendusta, apabila ada yang mengatakan dirinya tidak berdosa. 
Satu hal penting yang dapat menguatkan jiwa untuk terus maju adalah meminta diri dimaafkan dan mau memaafkan orang lain. (St. Teresa Avila)

(Dari: Buku Kerinduan yang Menantang - Seri ke-1 Pengalaman Mistik St. Teresa Avila, karya Inocens Ruben Heru. Penerbit Kanisius, 2007)
 

Minggu, 27 April 2014

Komitmen dan Kebebasan adalah Sama

Komitmen kita sebenarnya adalah sejauh mana kesediaan kita untuk terlibat dalam suatu keadaan. Banyak orang takut berkomitmen, karena mereka menganggapnya sebagai bentuk perbudakan dan hilangnya kebebasan.

Komitmen bukanlah perbudakan, bukan pula pengorbanan; komitmen sesungguhnya kebebasan. Ada dua macam kebebasan. Yang satu merupakan kebebasan dari segala sesuatu, kebebasan ketika kita melepaskan diri dari hal-hal yang mengganggu kita. 

Kebebasan yang lainnya merupakan kebebasan sejati yang berasal dari dalam diri kita, kebebasan terhadap segala sesuatu, kebebasan yang kita rasakan dalam situasi apa pun karena tingkat komitmen kita, tingkat kesediaan kita. Misalnya, jika kita melakukan pekerjaan yang membuat kita merasa terikat dan mengorbankan diri, maka hilanglah segala kesenangan dan kita berat menerimanya. Kita pun merasa kehilangan pilihan. 

Tetapi, sebenarnya kita selalu punya kemampuan untuk memilih. Kita memilih melakukan pekerjaan tersebut, berkomitmen, dan memusatkan diri kita sepenuhnya untuk melakukannya. Pilihan kita itu memungkinkan kita melangkah lebih jauh melampaui uraian pekerjaan atau peran kita. Dengan cara demikian, kita merasakan kebebasan berkomitmen.

Jawaban atas pertanyaan,"Masih adakah kehidupan sesudah komitmen?" adalah, "Ya," karena apa yang kita berikan menciptakan kebebasan kita. Kebebasan ini memberikan ruang bagi kita untuk bernapas dan menerima yang tidak pernah kita rasakan sebelumnya. Kita merasa lebih damai dan tidak perlu menghindar atau melarikan diri. Komitmen membantu kita memusatkan diri pada hal-hal yang penting. Selain itu, komitmen juga membantu membangun hidup kita.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Rabu, 23 April 2014

Pollyanna

Pollyanna seorang anak yang optimistis. Ia selalu bisa menemukan sisi cerah dalam segala sesuatu. Orangtuanya meninggal ketika ia masih kecil. Pollyanna kemudian diasuh bibinya yang ketus dan galak di Vermont, Amerika Serikat.

Kata favorit Pollyanna adalah "happy" dan ia selalu mempraktikkan "Glad Game" - teknik yang dipelajari dari ayahnya untuk menemukan hal yang disyukuri dalam setiap situasi.

Contohnya, ketika Pollyanna baru pertama kali tiba di Vermont, ia mengira pelayan yang menjemputnya adalah bibinya. "Aku bukan bibimu. Ia ada di rumah," ujar sang pelayan. Pollyanna terdiam sejenak, lalu dengan gembira berkata, "Aku senang bibi tidak menjemputku. Sekarang, aku masih bisa berharap bertemu dengannya. Selain itu, aku kini mendapatkan engkau sebagai teman baruku!"

Keceriaan Pollyanna akhirnya mulai mengubah bibinya menjadi orang yang menyenangkan dan penuh kasih. Bahkan, seluruh kota menjadi berbeda karena kehadiran Pollyanna. 

Kisah Pollyanna yang ditulis Eleanor Porter tahun 1913 menjadi buku cerita anak-anak terkenal pada masanya. Kata pollyanna bahkan menjadi kosa kata bahasa Inggris dan terdaftar dalam kamus Merriam-Webster sebagai "orang yang kegembiraannya berlebihan."

Jika kita melihat orang yang ceria, secara langsung maupun tak langsung, keceriaannya membuat kita terangkat dan lebih bersemangat. 

Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. (Salomo/Sulaiman bin Daud) 

(Dari: Buku Real Stories for the Soul jilid ke-1, karya Robert J. Morgan. Penerbit Gospel Press, 2003)

Minggu, 20 April 2014

Perilaku Bukan Cinta Menandakan Dibutuhkannya Cinta

Sadarkah kita akan berbagai perilaku yang diperlihatkan orang-orang di sekitar kita? Manakah yang menunjukkan cinta atau kasih sayang? Mana yang tidak?

Perilaku yang tidak menunjukkan cinta sesungguhnya merupaka tanda kebutuhan akan cinta. Jika muncul serangan khusus yang ditujukan kepada kita, itu tanda dibutuhkannya cinta kita. Tunjukkanlah kerelaan kita untuk menanggapi perilaku seperti itu bukan dengan mempertahankan diri, melainkan dengan menghampiri si penyerang dan memberi bantuan.  

Ada orang yang terperangkap dalam kebekuan, ada pula yang terlibat dalam serangan. Cobalah ingat kembali bagaimana rasanya ketika kita membutuhkan bantuan dan ingin berteriak minta tolong, tetapi tidak dapat menyuarakannya. Demikian pula mereka yang menyerang kita. Sebenarnya mereka ingin berteriak minta bantuan kita dan mengharapkan cinta kita. Jika kita memandang dan mencermati sekitar kita, kita akan melihat ke mana kita terpanggil untuk memberikan tanggapan, menghampiri, dan memberi bantuan.

Latihan
Ingatlah orang-orang yang paling banyak menyerang Anda dalam hidup Anda. Bayangkan mereka hadir di sini bersama Anda. Kemudian Anda menghampiri mereka, menyadari bahwa serangan mereka merupakan panggilan bagi Anda untuk memberikan bantuan tertentu. 

Bantuan apa yang mereka butuhkan dari Anda? Bagaimana Anda membantu mereka? Apakah Anda terinspirasi untuk berbicara dengan mereka atau memberikan sesuatu?

Saat membantu mereka, Anda dapat melihat bahwa orang-orang inilah yang memiliki jawaban atas persoalan Anda, kalau bukan saat ini mungkin di kemudian hari. Meskipun tidak secara langsung terkadang dengan cara tertentu mereka mencerminkan bagian dari pikiran Anda, sehingga dengan menolong mereka sebenarnya Anda menolong diri sendiri.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Selasa, 15 April 2014

Kesadaran Murni

Kesadaran Murni diperlukan untuk mencapai keberhasilan meditasi, karena ada kemelekatan dalam diri kita. Meskipun kita melakukan meditasi dengan baik, tetapi jika tanpa Kesadaran Murni, kita akan melekat pada kenikmatan yang sangat kecil sekalipun: "Aku ingin lagi."

Kemelekatan adalah hambatan terberat untuk memusatkan perhatian dalam meditasi. Ini yang membuat kita selalu mengabdi pada kebahagiaan diri sendiri: "Aku merana, aku ingin bahagia, karena itu aku bermeditasi." Itu bukanlah jalan yang benar. Meditasi yang baik, hasilnya adalah ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan.

Dalam aktivitas sehari-hari, tanpa Kesadaran Murni, sangat sukar untuk melakukan kebajikan. Yang perlu kita lakukan adalah meninggalkan kemelekatan dan pemujaan diri sendiri. Itu berarti perubahan sikap secara menyeluruh. Di sinilah peran Kesadaran Murni. 

Mengapa kita berkata, "Aku mencintaimu" dan kadang pula, "Aku membencimu"? Dari mana pikiran yang naik dan turun ini datang? Itulah pemujaan diri sendiri.

Apa yang ingin kita ucapkan sebenarnya adalah: "Aku benci padamu karena engkau tidak memuaskanku. Engkau tidak memberiku kesenangan." Karena adanya aku (ego) dan kemelekatanku (tidak mendapatkan kepuasan darimu), maka aku benci kamu.

Pikiran kita yang mementingkan diri sendiri merupakan akar dari semua masalah kita. Maka, penawar untuk pikiran yang mementingkan diri sendiri ini adalah Kesadaran Murni. 

(Dari: Buku Hening dalam Bising- Metameditasi, karya A. Dedi Prasetia, SS.CC. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama, 2004)
 

Sabtu, 12 April 2014

Becermin Diri

Jiwa tak akan pernah sempurna, apabila tidak banyak becermin diri. Sudah banyak kali aku berjuang agar tidak melupakan jalan pengenalan diri. Betapa penting pengenalan diri, sehingga jalan ini aku lihat sebagai roti yang harus dimakan, betapa pun tidak enaknya. 
                                                          - St. Teresa Avila

(Dari: Buku Kerinduan yang Menantang - Seri ke-1 Pengalaman Mistik St. Teresa Avila, karya Inocens Ruben Heru. Penerbit Kanisius, 2007)

Rabu, 09 April 2014

Tak Ada Kerugian

Ketika Daniel Webster (1782-1852) memulai karier sebagai pengacara, ia mengambil sebuah kasus dengan bayaran US$20. Kasus itu ternyata sulit. Dalam menyiapkannya, Webster harus melakukan perjalanan ke Boston dengan biaya lebih besar daripada uang yang akan diterimanya. Namun, Webster bertekad, ia harus mengerjakannya secara menyeluruh. Ia memenangkan kasus tersebut.

Bertahun-tahun kemudian, sebuah perusahaan besar meminta Webster menangani kasus dengan bayaran sangat tinggi. Ketika Webster mempelajari kasus itu, ternyata kasusnya mirip dengan kasus yang ia teliti dan menangkan hampir 20 tahun sebelumnya. Webster mengambil kasus tersebut, dan seperti dahulu, putusan pengadilan berpihak pada kliennya.

Ada sebuah ungkapan yang mengandung kebenaran: "Tak ada kerugian dalam ekonomi Tuhan." Tuhan menggunakan semua usaha kita yang dimotivasi itikad baik, hati yang murah hati, dan setia. Terkadang upahnya langsung, terkadang pula harus dinanti seumur hidup, namun upahnya pasti akan tiba.

Jadilah besar dalam hal-hal kecil.

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat - Untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)
 

Senin, 07 April 2014

Menari Tarian Ilahi

Kita diundang untuk bergabung dalam tarian roh yang disebut oleh Frank X. Tuoti dalam bukunya The Dawn of the Mystical Age sebagai Tarian Evolusioner atau Tarian Ilahi.

Suatu undangan untuk menarikan kepenuhan rahmat sepanjang jalan yang membimbing kita kembali ke "rumah," dalam persekutuan komunitas Ilahi. Tarian ini terbuka bagi semua orang yang berkehendak baik, mau berpartisipasi, dan mau mendekatkan diri. Hanya dengan sedikit iman, sedikit kasih, dan sedikit semangat untuk mempelajari langkah-langkah; serta menyatu dengan Allah, sesama, dan semesta.

Langkah-langkah tariannya tidak rumit. Namun, perlu latihan dan ketekunan untuk dapat tetap dalam tarian. Perlu latihan untuk menjaga diri dari kejatuhan, karena alur jalannya penuh kelokan dan tanjakan. Tak boleh menengok ke belakang dan melongok ke bawah. Arah pandang harus selalu dipertahankan, melampaui apa yang terlihat oleh mata indrawi. Di sinilah Allah menanti untuk merangkul kita.

Bagaimana gerak langkah tariannya?
Langkah pertama - bagian yang terpenting, adalah menjadikan meditasi sebagai bagian dari aktivitas harian. Sebab, bagaimana mungkin kita mau bertemu dengan Allah, tanpa terlebih dahulu bertemu dengan diri sendiri? Bagaimana mungkin kita mengenali-Nya, tanpa terlebih dahulu mengenali diri sendiri yang sejati? Kesejatian diri berakar dalam Keilahian.

Langkah kedua adalah belajar mencintai tanpa syarat. Ini merupakan langkah paling sulit di antara semua langkah, karena terkadang menusuk ke dalam keegoisan diri. Kita akan menemukan cerukan yang relatif keruh dan tak layak untuk orang lain maupun diri sendiri. 

Langkah ketiga adalah tidak bermental menghakimi, karena kita akan dihakimi oleh diri sendiri. "Bayangan" kitalah yang memproyeksikan kesalahan dan kekurangan tersembunyi kita kepada orang lain. Balok yang kita lihat di mata tetangga kita sebenarnya adalah milik kita.    

Langkah keempat adalah praktik kesadaran, hadir dalam kekinian. Ketika kita dalam kesadaran kekinian, kita berada dalam dimensi keempat, dimensi religius, the eternal now.

Beberapa langkah lain yang mudah dilupakan dan terabaikan dalam menari antara lain, tarian ini tidak dapat ditarikan, kecuali kita menjadi manusia pengampun. Mengasihi dan mengampuni merupakan prasyarat bagi kita yang diundang Allah dalam Tarian Ilahi-Nya.

Selain itu, kita perlu terbuka terhadap dunia secara keseluruhan. Kita belajar melihat dengan transparansi hati - seperti apa adanya. Bukan lagi melihat dengan satu dimensi. Latihan meditasi dapat membantu kita melihat secara mendalam dan membuka mata batin kita. Alam semesta dan segala ciptaan bersifat terbuka, hanya kita yang tertutup.

Dalam menari, sering kali terdapat satu langkah ke depan dan dua langkah ke belakang. Tidak masalah, karena kehidupan bagaikan air pasang-surut dan terus mengalir. Jika kita mengira semua langkah - tanpa kesalahan - selalu membawa kita maju, itu berarti kita belum belajar langkah-langkah dasar.

Kita kerap merasa tak punya waktu untuk bergabung dalam Tarian Ilahi. Padahal, tarian ini bergerak selaras "musik" alam semesta, yang akan terus mengalun dengan atau tanpa kita. Marilah kita segera bergerak, ikut dalam tarian; dan membiarkan Allah yang membimbing kita, masuk dalam kehidupan kita sehari-hari.

(Dari: Buku Metameditasi - Hening dalam Bising, karya A. Dedi Prasetia, SS.CC. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama, 2004)