Cari Blog Ini

Senin, 31 Desember 2012

Keharmonisan Tanpa Tragedi

Ketika terjadi penembakan brutal di SD Sandy Hook, Connecticut, Amerika Serikat, pada 14 Desember lalu, dunia berduka. 

Simpati mengalir dari berbagai penjuru. Kemanusiaan dikedepankan, mengatasi berbagai perbedaan.  Bahkan Iran, yang selama ini dikenal sebagai musuh besar Amerika Serikat mengirim ucapan dukacita yang simpatik kepada keluarga para korban.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, mengecam insiden tragis itu dan menyerukan kepada seluruh rakyat Amerika Serikat untuk bersatu melawan hasutan perang dan pembunuhan orang-orang yang tak bersalah di seluruh dunia. (Kompas, 16 Desember 2012)  

Proyek nuklir Iran yang kerap membuat negara ini bersitegang dengan Amerika Serikat, tak lagi menjadi persoalan serius tatkala dihadapkan dengan tragedi kemanusiaan yang merenggut nyawa 20 anak kecil berusia 6-7 tahun dan 6 orang dewasa, termasuk kepala sekolah SD Sandy Hook.

Dari perisitwa memilukan menjelang tutup tahun 2012, kita dapat berefleksi: mengapa rasa simpati, kasih, dan persaudaraan baru tumbuh di hati manusia, setelah terjadi tragedi? Apakah hanya penderitaan yang dapat menyatukan umat manusia?

Sudah saatnya manusia merajut kehidupan yang harmonis, tanpa didahului peristiwa-peristiwa tragedi yang membawa kedukaan. Mekarkan rasa simpati, kasih, dan persaudaraan dari hati yang tulus.

http://www.youtube.com/watch?v=Xv1v8Addsgs 
  

Sabtu, 29 Desember 2012

Permainan Perdamaian

Seorang lelaki tua memerhatikan beberapa anak kecil sedang bermain. "Kalian sedang main apa?" tanyanya. "Perang-perangan," kata mereka.

"Bagaimana bisa kalian main perang-perangan? Kalian tentu tahu, betapa mengerikan akibat peperangan. Mengapa kalian tidak memainkan permainan perdamaian?" tanya orang tua itu lagi.

Anak-anak berhenti bermain. Mereka berunding dan tampak bingung. Salah seorang anak memberanikan diri bertanya, "Kakek, bagaimana kami bermain perdamaian? Kami tidak tahu caranya." (Marie Louise Diekmann)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)
 

Kamis, 27 Desember 2012

Kejujuran

Seorang anak laki mengetuk pintu rumah seorang ibu dan bertanya apakah ibu itu mau membeli buah arbei yang baru dipetiknya. "Ya," jawab sang ibu, "Saya akan mengambil separuh buah arbeimu dan menaruhnya dalam ember di dapur."

Anak laki itu berdiri di luar dan bermain-main dengan seekor anjing. "Mengapa kamu tidak masuk dan melihat apakah saya mengambil buah arbeimu dengan ukuran yang tepat?" tanya si ibu.

"Tidak perlu, Bu," ujar sang anak, "Jika Ibu mengambil lebih dari yang seharusnya, saya hanya akan kehilangan buah arbei, tetapi ibu akan menjadikan diri Ibu seorang pencuri." (Dr. Purnell Bailey - Capper's Weekly)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-2, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009) 

Rabu, 26 Desember 2012

Perenungan Sebatang Pohon

Ketika aku masih muda, aku tidak memerhatikannya. Tetapi, aku mulai menyadari betapa berbedanya aku. Aku pendek, bungkuk, dan tidak berbentuk. Sementara di sekitarku berdiri tegak dengan angunnya pohon-pohon pinus yang tinggi dan pohon-pohon lain dengan dahan menjulur.

Walau demikian, aku ingin mengatakan kepadamu bahwa aku senang bergelantung di sini pada sisi batu karang yang terjal. Akarku yang sedikit jumlahnya melingkari puncak sebuah batu.

Aku sering bermimpi tumbuh menjadi besar dan indah. Angin yang bertiup akan mengayunkanku ke sana-kemari dan tetesan air hujan membersihkan daun-daunku. Di sisi karang ini, aku merasa begitu kerdil. Angin terkadang tidak bertiup melalui dahan-dahanku. Bahkan, matahari hanya menghangatkanku setengah hari. Kemudian, ia meninggalkanku di balik bayang batu karang dan terbenam di atas pepohonan raksasa di lembah.

Mengapa aku harus tinggal di sini, bergelantung pada sebuah batu karang? Aku tidak punya humus yang cukup untuk mengembangkan semua keindahan dalam diriku. AKu kecewa dengan hidupku.

Pada suatu pagi yang cerah, semerbak wewangian semua bunga rumput yang baru mekar menebarkan aromanya kepadaku. Seekor burung mungil mendendangkan siulannya di dahan-dahanku. Kehangatan sinar mentari pagi memberi kecupan padaku jauh sebelum menyentuh mereka yang ada di lembah. 

Betapa indah pemandangan terhampar di hadapanku, yang hanya dapat disaksikan dari atas sini. Tak ada pohon lain di bawah sana yang bisa memandang sejauh dan seluas pandangan yang terhampar di hadapanku.

Sejak hari itu, aku mulai menyadari bahwa aku ini sesuatu yang khusus. Aku adalah sebatang pohon khusus yang diciptakan untuk jenis tempat yang khusus. Tak satu pun dari pohon-pohon yang besar dan indah itu dapat mengalami apa yang sedang kualami. Mengapa aku memerlukan waktu begitu lama untuk menyadarinya? (Willi Hoffsuemmer)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Senin, 24 Desember 2012

Persatuan dengan Allah

Allah dapat hadir dalam seseorang karena rahmat dan karena persatuan. Dalam hal pertama, Allah dan manusia hanya saling mengasihi. Sedangkan dalam hal kedua, Allah dan manusia saling mengasihi dan saling menyerahkan diri.  

Perbedaan antara kedua hal itu seperti perbedaan antara pertunangan dan pernikahan. Pada pertunangan, baru ada persetujuan kedua pihak dan persatuan kehendak yang sempurna. Tetapi dalam pernikahan, mereka berdua menyerahkan diri yang satu kepada yang lain dan menjadi satu.

Semua ini hanya diberikan kepada jiwa yang sudah amat bersih dari segala kelekatan akan barang ciptaan. Sebelum jiwa dibersihkan, tidak akan dilangsungkan pertunangan dan pernikahan rohani. 

Jiwa membutuhkan kunjungan dan anugerah-Nya untuk semakin dimurnikan oleh-Nya. Terus-menerus Ia memperindah dan memperhalus jiwa, sehingga siap dan pantas untuk persatuan luhur tersebut. Proses ini makan waktu, jiwa yang satu membutuhkan lebih banyak waktu, jiwa yang lain kurang banyak; sebab Allah melaksanakan itu menurut keadaan jiwa masing-masing. (St. Yohanes dari Salib)

(Dari: Buku Nyala Cinta yang Hidup hal. 82-83, karya St. Yohanes dari Salib. Penerbit Karmelindo, 2007)

Sabtu, 22 Desember 2012

Misionaris

Sebuah esai ditulis seorang anak berusia 12 tahun:

Ketika saya diminta menulis tentang seorang misionaris yang saya kenal, beberapa orang melintas dalam benak saya, antara lain Ibu Teresa. Kemudian, saya berpikir, tetapi saya tidak dapat menuliskannya, karena saya tidak cukup mengenalnya dari dekat.

Seorang pribadi yang saya kenal baik dan berjiwa misioner adalah ibu saya. Mungkin kedengarannya ganjil, tetapi untuk menjadi seorang misionaris, Anda tak perlu ditahbiskan.

Misi ibu saya adalah menjadi ibu rumah tangga. Ibu bagi saya dan bagi keluarga kami. Ibu saya tidak pernah memikirkan dirinya sendiri dan tidak mengutamakan kepentingannya. Saya tak pernah kelaparan atau hidup tanpa cintanya yang tulus. 

Seperti para misionaris kenamaan, ibu saya memerlukan sejumlah keberanian. Ia sebenarnya dapat saja dengan mudah pergi melancong dan meninggalkan saya sendirian, tetapi ia tak pernah melakukannya. 

Ia memberikan pengorbanan tertinggi karena memikirkan saya di atas dirinya sendiri. Saya sangat beruntung memiliki ibu yang misioner. (Tony Castle)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Kamis, 20 Desember 2012

Mukjizat yang Tak Terulang

Margaret Storm Jameson, penulis novel asal Inggris, berkata, "Kebanyakan orang menghabiskan 58 menit dalam satu jam untuk hidup di masa lalu dengan penyesalan atas kegembiraan yang hilang, atau perasaan malu atas hal-hal yang tidak mereka lakukan dengan baik; atau hidup di masa depan yang dirindukan atau ditakuti."

"Satu-satunya jalan untuk hidup adalah menerima setiap menit sebagai suatu mukjizat yang tak terulang. Sekarang inilah saat kehidupan Anda."

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-2, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)

Rabu, 19 Desember 2012

Korelasi Tubuh dan Batin

Tubuh dan batin ini berhubungan erat. Tubuh yang sedang lelah bisa memengaruhi batin. Batin yang lelah karena didera konflik atau ketegangan bisa membuat tubuh lelah.

Batin yang tertib membuat tubuh tertib. Yang utama untuk disadari adalah batin, bukan tubuh. Tubuh tidak bisa dibuat tertib, kalau batin tidak tertib.

(Dari: Buku Titik Hening - Meditasi Tanpa Objek hal. 90, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012)

Selasa, 18 Desember 2012

Kematian dan Kehidupan

Elena Frings, perempuan muda berusia sekitar 20 tahun, diberitahu dokter bahwa fungsi hati (lever)-nya begitu lemah, ia hanya akan hidup enam bulan lagi. 

Frings memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di Santiago, Chile, lalu menjadi relawan di tengah para pemukim perumahan kumuh. "Dengan cara itu saya akan meninggal bahagia," ujarnya kepada seorang teman.

Nona Frings bekerja sangat baik, sehingga ia diundang ke New York untuk menyampaikan ceramah tentang programnya. Di sana ia bertemu seorang dokter ahli bedah yang berhasil mengoperasi lever-nya yang sakit itu.

Frings sekarang kembali ke Amerika Latin, membantu kaum miskin yang tinggal di pinggiran kota. Pengharapannya akan kematian - bukan operasi - memberinya arti dan arah baru pada hidupnya.

Jika Anda diberi enam bulan lagi untuk hidup, apa dampak berita itu pada kehidupan Anda? Cara kita masing-masing menanggapi pertanyaan tersebut sebenarnya adalah jawaban kita atas pertanyaan, "Apakah itu kematian?" (Christopher Notes)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-2, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)

Sabtu, 15 Desember 2012

Allah dalam Alam

Amatilah seekor lebah madu yang kecil. Ia mengatur kota kecilnya sendiri. Ia membangun 10.000 rongga untuk menampung madu, 12.000 rongga untuk telur, dan sebuah takhta bagi ratu lebah.

Jika lebah mengetahui suhu naik, ia menjadi cemas kalau-kalau madu akan meleleh. Maka, ia menciptakan sistem pendingin untuk sarangnya. Ia memimpin satu regu lebah pekerja, menempatkan mereka dekat pintu masuk sarang lebah, dan menahan kaki mereka dengan perekat. Dengan mengepak-ngepakkan sayap, mereka mengatur sirkulasi udara dan menjaga suhu sarang agar tetap dingin bagi madu.

Lebah itu pula yang menjelajah daerah seluas sepuluh kilometer persegi dan mengumpulkan madu dari semua bunga yang tumbuh di sana. 

Jika otak lebah yang kecil saja dapat melakukan hal demikian menakjubkan, siapakah kita yang mempertanyakan tuntunan Allah? (Alexis Carrell)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Jumat, 14 Desember 2012

Mendekati Allah melalui Iman

Ibarat surya, Allah berdiri di atas jiwa-jiwa untuk memberikan diri-Nya kepada mereka. Allah adalah ahli bangunan adikodrati. Ia akan membangun secara adikodrati bangunan yang Ia kehendaki di setiap jiwa.

Allah yang dicari oleh budi (perpaduan antara akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk - red.), melampaui budi. Ia tidak dapat dimengerti dan dihampiri dengan budi. Jadi, kalau budi mau mendekati Allah melalui gagasan dan pengertian, maka ia tidak semakin mendekati Allah, melainkan semakin menjauh daripada-Nya.

Karena itu, budi harus mundur dari dirinya dan pengertiannya untuk menempuh jalan iman dan mendekati Allah melalui iman, bukannya dengan pengertian. Melalui jalan ini, budi menjadi sempurna. Hanya melalui iman dan tidak melalui cara lain, orang sampai ke persatuan dengan Allah. Jiwa semakin mendekati Allah bukan dengan mengerti, melainkan dengan tidak mengerti. (St. Yohanes dari Salib)

(Dari: Buku Nyala Cinta yang Hidup hal. 98-100, karya St. Yohanes dari Salib. Penerbit Karmelindo, 2007)

Rabu, 12 Desember 2012

Menghancurkan Musuh

Selama perang saudara di Amerika Serikat, dalam suatu resepsi resmi, Abraham Lincoln (1809-1865) menyatakan bahwa orang-orang Selatan adalah manusia yang melakukan kesalahan, bukannya musuh yang harus dibasmi.

Seorang nyonya tua dari wilayah Utara, patriot yang bersemangat, menegur Lincoln karena telah berbicara begitu baik terhadap musuh yang seharusnya dihancurkan.

"Mengapa gusar, nyonya?" tanya Lincoln, "Apakah saya tidak menghancurkan musuh juga, bila saya menjadikan mereka sahabat-sahabat saya?" (Clifton Fadiman)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-2, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009) 

Senin, 10 Desember 2012

Tangan Terkepal

Tangan yang terkepal tidak bisa menerima. Orang yang tidak mau berbagi dengan sesamanya, tidak akan memiliki banyak teman. Orangtua yang terlalu ketat mengekang anak-anaknya, tidak akan menghasilkan apa yang diharapkan. 

Untuk menjadi penabur benih, seseorang harus membuka tangannya. Ia harus melakukan hal ini, sebelum ia bisa menuai. 

Untuk memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan, seseorang harus membuka pikirannya.

Untuk memperoleh cinta, seseorang harus membuka hatinya.

Lihatlah di sekitar Anda, dan Anda akan melihat kebenaran kata-kata ini: tangan yang terkepal tidak bisa menerima apa pun. Selain itu, tangan yang terkepal juga tidak bisa memberi. (Arthur Gordon)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)
   

Sabtu, 08 Desember 2012

Menyadari Luka Batin

Batin kita dikondisikan oleh banyak hal, termasuk oleh pengalaman-pengalaman pahit di masa lalu. Luka-luka itu masih terus kita bawa sampai sekarang dan memengaruhi cara kita hidup dan berelasi. Keinginan untuk mengubah, untuk menerima atau merangkul luka batin, adalah juga bentuk lain dari pengkondisian.

Anda tidak bisa bebas dari keterkondisian batin, bebas dari luka-luka batin hanya dengan membangun niat untuk menerima atau merangkulnya. Anda tidak memahami fakta keterkondisian dan luka-luka itu pada lapis-lapis yang paling halus. 

Bisakah Anda duduk diam, belajar melihat pikiran Anda dan membiarkan pikiran berhenti seluruhnya? Bukankah ketika pikiran berhenti, "diri" juga tidak ada? Kalau "diri" tidak ada, apakah ada suatu entitas yang terluka? 

Diamlah dan lihatlah fakta keterkondisian dan luka-luka batin Anda, tanpa menolak atau menerima, tanpa keinginan sesuatu terjadi atau tidak terjadi dalam batin Anda. Duduk dan diamlah dari saat ke saat tanpa mencari hasil apa pun.

(Dari: Buku Titik Hening - Meditasi Tanpa Objek hal. 29-31, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012)

Kamis, 06 Desember 2012

Sulitnya Mendengarkan

Semua orang ingin didengarkan, namun sayang sulit sekali mencari orang yang mau mendengarkan.

Ada empat alasan mengapa mendengarkan itu sulit:

Pertama, banyak orang tak sadar bahwa mereka sebenarnya gagal mendengarkan orang lain. Misalnya, dari skala 1-10 saya menilai kemampuan mendengarkan saya 8. Nilai ini hampir dapat dipastikan overvalue (berlebihan -red.). Saya harus bertanya kepada orang-orang yang berinteraksi dengan saya sehari-hari. Berapa nilai mendengarkan saya menurut mereka? Jangan-jangan mereka hanya memberi nilai 7 atau bahkan lebih rendah dari itu.

Kita harus sadar bahwa kita sering menilai diri sendiri lebih tinggi dari penilaian orang lain, apalagi dalam masalah mendengarkan. Tanpa ada kesadaran ini, jangan pernah berharap kita akan dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan.

Kedua, kita beranggapan sudah tahu jawabannya. Pengalaman sering membuat kita merasa sudah sangat memahami seluk-beluk suatu masalah. Ini membuat kemampuan mendengarkan kita menjadi menurun.

Ketiga, kita beranggapan mendengarkan bisa dilakukan sambil lalu. Jadi, kita mendengarkan orang lain seperti mendengarkan radio. Kita mendengarkan teman sambil mengetik SMS. Kita mendengar laporan bawahan sambil tetap menatap komputer dan tidak berhenti mengetik. Padahal, mendengarkan butuh konsentrasi penuh.

Keempat, karena kita sendiri ingin didengarkan, diperhatikan, dan dimengerti. Alasan ini betul-betul membuat kita jadi tak sabar untuk mendengarkan orang lain.

Tantangan untuk mendengarkan:

- Menahan hasrat berbicara dari dalam diri sendiri. Dibutuhkan kesabaran dan penguasaan diri yang sangat tinggi. 

- Membuat kita tertarik pada subjek yang sedang dibicarakan. Untuk itu, Anda harus masuk ke dalam jiwa rekan bicara. Kalaupun topiknya kurang greget bagi Anda, minimal pembicaraan itu bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hubungan Anda dengan lawan bicara. 

(Dari: Buku Cherish Every Moment - Menikmati Hidup yang Indah Setiap Saat, karya Arvan Pradiansyah, Happiness Inspirator. Penerbit PT Elex Media Komputindo, 2011) 
 

Rabu, 05 Desember 2012

Mendengarkan

Seorang ahli perumahan mengadakan perjalanan ke Skandinavia untuk membahas perumahan yang lebih baik bagi masyarakat setempat. Ketika tiba saat ceramah, sebagian besar kerumunan penduduk telah berkumpul di luar gedung pertemuan, tetapi tidak seorang pun memasuki ruangan. 

Moderator pertemuan mengundang mereka masuk. Ia menjamin, tidak ada biaya untuk mendengarkan ceramah itu. Namun, tetap saja tidak ada seorang pun yang mau masuk. Penceramah yang bingung, menanyakan kepada salah satu penduduk, apa yang terjadi? 

"Sebelum memasuki ruangan ini, kami ingin tahu lebih dulu, berapa banyak Anda akan membayar kami untuk mendengarkan Anda?" tanggap seorang penduduk.
"Apa? Membayar kalian untuk mendengarkan ceramah saya?" penceramah balik bertanya dengan gusar. 
 "Ya, tentu saja," kata penduduk itu, "Setiap orang dapat berbicara, berbicara, berbicara, dan terus berbicara. Tetapi untuk mendengarkan sepanjang waktu adalah hal yang sulit. (Quote)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic. SVD. Penerbit Obor, 2008)
  

Senin, 03 Desember 2012

Mulai Sekarang, Berhentilah Bekerja!

Banyak profesional yang bekerja semata-mata karena uang. Mereka tidak menikmati pekerjaannya. Tetapi, mereka sungguh tidak peduli. Yang penting mereka bisa mendapatkan uang. Itu saja.

Ada beberapa ungkapan para profesional yang menunjukkan kurangnya antusiasme terhadap pekerjaan:

- Thanks God it's Friday
Apa yang tersirat dari jargon ini? Tak lain tak bukan adalah waktu libur sudah tiba, Alhamdulillah. Kita segera akan terbebas dari pekerjaan-pekerjaan yang penuh tekanan di kantor. Bahkan mungkin juga bisa diartikan bahwa "liburan" sudah dimulai pada hari Jumat, walaupun secara fisik kita masih ada di kantor.

- I don't like Monday atau I hate Monday
Keduanya menunjukkan kita tidak menikmati pekerjaan kita. Bawah sadar kita mengatakan pekerjaan bukanlah sesuatu yang kita nikmati, melainkan beban. Di hari Senin kita masih membawa sisa suasana liburan. Kerjanya masih pelan-pelan. Sementara hari Jumat kita sudah memasuki suasana liburan. Jadi, kita hanya benar-benar bekerja pada hari Selasa, Rabu, dan Kamis.

- Happy Hour
Pertanyaannya, kapan sih happy hour itu? Anda mungkin akan spontan menjawab happy hour itu terjadi setelah jam kerja, setelah pukul 17.00 atau 18.00. Lantas, bagaimana antara pukul 08.00 sampai 17.00? Inilah yang dikatakan bawah sadar kita.       

Saya yakin, kita mampu menikmati hari-hari yang indah di tempat kerja. Kunci untuk mendapatkannya hanya satu: Anda harus berhenti bekerja saat ini juga!

Begitu Anda melakukan apa yang disukai, Anda sebetulnya sudah berhenti bekerja. Anda akan sangat menikmati pekerjaan. Tak ada lagi rasa terpaksa. Tiga syarat agar kita dapat menikmati pekerjaan:

1. Lakukan apa yang disukai (hobi)
2. Lakukan apa yang dikuasai (sesuai keahlian)
3. Pekerjaan yang dilakukan menghasilkan uang (memiliki nilai ekonomis)

Ketiga syarat ini sering saya sebut sebagai "surga dunia." Ketiganya harus ada dan bersinergi satu sama lain, baru kita bisa mendapatkan "surga dunia."

(Dari: Buku Cherish Every Moment - Menikmati Hidup yang Indah Setiap Saat, karya Arvan Pradiansyah, Happiness Inspirator. Penerbit PT Elex Media Komputindo, 2011)           

Sabtu, 01 Desember 2012

Jawaban Sederhana

Hari itu adalah hari pertama setelah aku berhenti mengajar di ruang kelas, untuk beralih menjadi koordinator siswa sekolah lanjutan. Aku bertanya kepada seorang ibu yang sudah pensiun dari jabatan itu, bagaimana ia selama ini menghadapi kepala sekolah yang berpikiran sempit dan sangat negatif terhadap para guru?

Jawaban ibu itu sangat positif dan indah, sehingga aku langsung mempraktikkannya. Jawabannya menghemat berjam-jam frustasi dan menjadi jalan keluar bila terjadi konflik. Ibu itu menjawab sederhana, "Aku berdoa untuknya. Sangat sulit untuk tidak menyukai seseorang yang kita doakan." (Kay Conner Pliszka)

(Dari: Buku Chicken Soup for the Soul - Think Positive, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Amy Newmark. Penerbit Gramedia, 2012)