Cari Blog Ini

Selasa, 31 Juli 2012

Mengatasi Ketidaksempurnaan

Bersikap lembut, bermula dari diri sendiri. Jangan sedih dengan ketidaksempurnaanmu. Kecewa karena kegagalan sangat bisa dimengerti,
namun jangan sampai berubah menjadi kepahitan atau kebencian pada dirimu sendiri.

Itu merupakan salah besar - karena tidak ada gunanya - menjadi marah karena engkau merasa marah, kesal karena engkau merasa kesal, kecewa karena engkau merasa kecewa.

Jangan membodohi diri sendiri. Engkau tidak bisa membetulkan kesalahan dengan mengulangi kesalahan yang sama. Kemarahan bukan cara untuk mengatasi kemarahan. Hanya akan menimbulkan kemarahan dalam bentuk baru.

Jangan membodohi diri dengan berpikir bahwa menyalahkan diri sendiri merupakan suatu tanda kebajikan. Itu merupakan tanda cinta diri. Engkau tidak sempurna.

Pandanglah dirimu dengan tenang, lembut. Dengan penyesalan dan pikiran yang tenang. Penyesalan yang diam-diam dan mantap adalah jauh lebih efektif daripada penyesalan yang emosional. Hal itu masuk jauh lebih dalam dan bertahan jauh lebih lama. 

(Dari: Buku Bebaskan Hatimu - 30 Hari Bersama Mahaguru Spiritual Fransiskus dari Sales, editor serial John Kirvan. Penerbit Obor, 2012)

Minggu, 29 Juli 2012

Harta di Surga

Seorang hartawan terbaring di ranjang kematiannya. Seluruh hidupnya telah dipusatkan hanya untuk uang. Ia menganggap, dalam kehidupan yang akan datang pun, uang tetap akan menjadi segalanya. Karena itu, ia memberi perintah agar sebuah kantong berisi keping-keping uang emas ditempatkan di sisi jenazahnya. Keinginan terakhir itu dipenuhi.

Di dunia lain, ia mengambil buku pedoman sepanjang masa untuk menemukan namanya dalam salah satu buku kehidupan. Karena pencarian nama itu membutuhkan waktu sangat lama, ia menjadi lapar dan haus. Ia memandang sekeliling dan melihat hidangan sangat lezat di sebuah restoran yang tak jauh dari situ. Ia berniat membelanjakan sedikit uang emasnya.

Tetapi, ketika akan membayar, pelayan restoran mengatakan, uang yang dibawanya tak bernilai di sana. Uang yang bernilai justru adalah uang yang ia berikan kepada sesamanya selagi masih hidup di dunia. Orang kaya itu berusaha mengingat berapa banyak uang yang telah diberikannya kepada orang-orang lain, tetapi ia tak dapat mengingat satu pun.

Di pusara seorang pria Inggris tertulis:
Saya memiliki yang saya dermakan,
saya kehilangan yang saya pelihara,
saya menerima yang saya berikan.

(Sebagian disadur dari Leo Tolstoy)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Sabtu, 28 Juli 2012

Kebenaran Iman Sejati

Selama si aku masih ada, Allah tidak ada. Kebenaran iman yang sejati terlahir ketika kebenaran iman intelektual runtuh seluruhnya. 
                               - J. Sudrijanta, S.J.




(Dari: Buku Titik Hening - Meditasi Tanpa Objek hal. 23, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012) 

Kamis, 26 Juli 2012

Persatuan dengan Allah

Persatuan jiwa dengan Allah adalah sesuatu di luar jangkauan indera-indera dan kemampuan manusia. Untuk mencapainya, jiwa harus mengosongkan diri sepenuhnya dan dengan rela - dari segala perkara duniawi dan surgawi yang dapat ditangkapnya.

Seperti seorang buta, jiwa harus bersandar pada iman yang gelap, menerimanya sebagai pemandu dan terang, serta tidak berpegang pada apa pun yang dipahaminya, dirasakannya, dirabanya, maupun dibayangkannya. Iman mengatasi segala pengertian, selera, perasaan, dan imajinasi. Kalau jiwa tidak membutakan dirinya terhadap hal-hal tersebut dan tidak tinggal dalam kegelapan total, maka jiwa tidak akan mencapai yang lebih tinggi, yaitu ajaran iman.

Segala yang dapat dirasakan dan dikecap dari Allah dalam hidup ini - tak terhingga jauhnya dari Allah dan dari memiliki Dia dengan murni.

Maka, jelas, orang terhambat dalam mencapai tingkat persatuan yang tinggi dengan Allah, apabila ia lekat pada pikiran, perasaan, imajinasi, pendapat, keinginan atau caranya sendiri, ataupun pada karya-karya atau persoalan-persoalannya yang lain, serta kalau ia tidak tahu bagaimana menyangkal dan mengosongkan diri dari penghalang-penghalang itu. Tujuan yang akan dicapai melampaui semua ini, bahkan melampaui objek yang paling mulia yang bisa diketahui atau dialami, karena itu orang harus melalui semua ini menuju ketidaktahuan.

Jalan ke persatuan dengan Allah berarti meninggalkan jalannya sendiri dan masuk ke dalam sesuatu yang tidak ada caranya, yaitu Allah. Kalau orang cukup berani melewati batas-batas jasmani dan rohani dari kodratnya, ia akan masuk dalam batas-batas adikodrati yang tidak punya cara, namun dalam substansi yang memiliki segala cara.

(Dari: Buku Mendaki Gunung Karmel hal. 81-83, karya St. Yohanes dari Salib. Penerbit Pertapaan Shanti Bhuana, 2011)

Senin, 23 Juli 2012

Melepaskan Genggaman

Di Afrika, orang punya cara tersendiri untuk menangkap kera. Hewan yang tinggi kewaspadaannya ini sangat suka akan beras. Maka, untuk menangkap kera-kera itu, para petani setempat memasukkan sedikit beras ke dalam tempurung kelapa yang dilubangi cukup sebesar tangan kera.

Beberapa perangkap seperti itu ditempatkan di sekeliling pusat desa. Setiap perangkap diikatkan ke tiang rumah.

Terangsang oleh bau beras, serombongan kera mendekat. Mereka memasukkan tangan ke dalam lubang tempurung kelapa. Ketika gengaman tangan mereka penuh beras, kera-kera itu tak dapat menarik keluar tangan mereka.

Para pemburu kemudian mendekat dan dengan mudah menangkap kera-kera itu. Sebenarnya, jika kera-kera tersebut mau melepaskan beras dalam genggaman tangan mereka, dengan mudah tangan mereka dapat lolos dari perangkap. Tetapi mereka terlampau rakus, tak rela melepaskan beras yang ada dalam genggaman - walau nyawa mereka dalam bahaya.

Demikian pula dengan Kebenaran. Tangan yang tertutup, tak dapat menerimanya.

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Sabtu, 21 Juli 2012

Batu Besar dan Batu Kecil

Dua pendosa mengunjungi seorang saleh dan meminta nasihatnya. "Kami telah melakukan kesalahan, suara hati kami terganggu. Apa yang harus kami lakukan agar diampuni?"

"Katakan padaku, perbuatan-perbuatan salah apa yang telah kamu lakukan," kata orang saleh itu.

"Aku melakukan satu dosa berat dan mematikan," ujar pria pertama.
"Aku melakukan beberapa dosa ringan yang tak perlu dicemaskan," kata pria kedua.

"Baiklah," kata orang saleh itu, "Pergilah dan bawalah kepadaku sebuah batu untuk setiap dosa."

Pria pertama kembali dengan memikul satu batu amat besar. Sedangkan pria kedua dengan senang membawa satu tas berisi batu-batu kecil. 

"Sekarang," kata orang saleh itu, "Pergilah dan kembalikan semua batu ke tempat kamu mengambilnya."

Pria pertama mengangkat batu besar dan memikulnya lagi ke tempat ia menemukannya. Pria kedua tak dapat mengingat lagi semua tempat ia memungut batu-batu kecil. Ia menyerah. Sebagian batu dibiarkan tetap dalam tasnya. 

"Dosa seperti batu-batu itu," kata orang saleh tersebut. "Jika seseorang melakukan suatu dosa berat, hal itu seperti sebuah batu besar dalam suara hatinya. Tetapi, dengan penyesalan sejati, kesalahan itu akan diampuni seluruhnya. Sementara orang yang melakukan dosa-dosa ringan, ia tahu hal itu salah, tetapi ia tetap menyimpannya, membuat suara hatinya beku. Ia tidak menyesal sedikit pun." (Tony Castle)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)
 

Rabu, 18 Juli 2012

Angkatlah Kepalamu

Seorang anak muda berjalan di trotoar dan menemukan kepingan uang logam seratus rupiah. Sejak saat itu, ia selalu mengarahkan matanya ke tanah ketika berjalan kaki. Setelah beberapa tahun, ia berhasil mengumpulkan barang-barang ini: koin-koin senilai Rp 10.000, 18.203 kancing, dan 34.309 peniti.

Akibat kebiasaan berjalan menunduk, punggung anak muda itu menjadi bungkuk. Ia kehilangan keindahan cahaya matahari, senyum para sahabat, keindahan warna bunga dan pepohonan, langit biru dan awan putih, serta segala yang menjadikan hidup ini terasa lebih bermakna.

Bukalah matamu, angkatlah kepalamu. Engkau mungkin akan kehilangan beberapa keping uang logam di tanah, tetapi engkau akan menyaksikan semua keindahan yang membuat hidup ini menjadi sebuah petualangan yang menakjubkan. (Bruno Hagspiel)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Senin, 16 Juli 2012

Jalan Roh

Untuk mencapai kepuasan dalam semuanya, jangan menginginkan kepuasan apa pun.
Untuk dapat memiliki segalanya, jangan ingin memiliki apa-apa.
Untuk dapat menjadi segalanya, jangan ingin menjadi apa-apa.
Untuk sampai pada pengenalan akan segala sesuatu, janganlah ingin tahu apa-apa.

Untuk mencapai kesenangan yang tidak kau miliki, engkau harus melewati jalan di mana engkau tidak menikmati kesenangan.
Untuk sampai pada pengenalan yang tidak kau miliki, engkau harus melewati jalan di mana engkau tidak mengenal.
Untuk sampai pada milik yang tidak dapat kau miliki, engkau harus melewati jalan di mana engkau tidak bermilik.
Untuk menjadi apa yang bukan adamu, engkau harus melewati jalan di mana engkau bukan apa-apa.

(Dari: Buku Mendaki Gunung Karmel, karya St. Yohanes dari Salib. Penerbit Pertapaan Shanti Bhuana, 2011)
 

Sabtu, 14 Juli 2012

Menjinakkan Domba

Seorang pelancong mengunjungi pegunungan di Swiss. Suatu hari, ia mendekati tempat penggembalaan domba di suatu perbukitan. 

Ada seorang gembala dengan kawanan dombanya. Di antara setumpuk kecil rumput, berbaring seekor domba yang kelihatan sedang sakit. Ternyata, salah satu kakinya patah. Pelancong ingin tahu bagaimana hal itu bisa terjadi.

Sang gembala menjawab, "Saya sengaja mematahkan kaki domba itu, agar jangan terjadi sebaliknya, kaki saya yang patah karenanya." Si gembala lalu bercerita, dari semua domba di kawanannya, domba yang satu itu paling tidak setia. Ia tak pernah mau menaati perintah gembala, berkeliaran sendiri, dan mengajak domba lain tersesat. 

Sebelumnya gembala itu pernah mengalami hal serupa. Maka, ia tahu bagaimana mencegahnya. Ia mematahkan kaki domba untuk menyelamatkannya. Di hari pertama ia mengantar makanan untuk domba yang sakit itu, domba marah dan mencoba menggigit sang gembala. "Saya membiarkannya sendirian selama beberapa hari. Ia kelaparan. Kemudian, saya kembali mengantar makanan untuknya. Sekarang, ia bukan hanya mengambil makanan itu, tetapi juga menjilati tangan saya," tutur sang gembala.

"Jika domba ini pulih nanti, ia akan menjadi domba terbaik di antara semua domba dalam kawanannya," lajut sang gembala. "Tak ada domba lain yang akan mendengar suara saya lebih cepat daripada domba yang sakit ini. Dan tak seekor domba pun yang akan mendekati saya sedemikian akrab seperti domba ini." (Bert Balling)  

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Kamis, 12 Juli 2012

Dunia, Putraku Mulai Sekolah Hari Ini

"Dunia, awasilah anakku - ia mulai sekolah hari ini! Selama beberapa saat, semuanya akan menjadi aneh dan baru baginya. Aku berharap engkau akan memperlakukannya dengan lembut. 

Engkau lihat, sampai sekarang, ia telah menjadi raja. Ia menjadi bos di halaman belakang rumah. Aku senantiasa mendampinginya untuk merawat luka-lukanya. Aku selalu dekat untuk menenangkan perasaan-perasaannya.

Tetapi sekarang, segala sesuatu akan menjadi berbeda. Pagi ini ia akan berjalan menuruni tangga, melambaikan tangannya, dan memulai sebuah petualangan besar yang mungkin akan termasuk perang, tragedi, dan kesedihan.

Hidup di dunia ini memerlukan iman, kasih, dan keberanian. Jadi, Dunia, aku berharap engkau akan memegang tangannya yang masih muda dan mengajarinya hal-hal yang harus ia ketahui. Ajarilah ia - tetapi dengan lembut, jika engkau bisa.

Aku tahu, ia akan belajar bahwa tidak semua orang adil - bahwa tidak semua lelaki dan perempuan benar. Ajarilah ia bahwa untuk setiap kelompok penjahat, ada seorang pahlawan; bahwa di antara musuh, ada seorang sahabat. Biarkanlah ia belajar lebih awal bahwa para penggertak adalah orang-orang yang paling mudah dikalahkan.

Ajarilah ia sesuatu yang menakjubkan dari buku-buku. Berilah ia waktu tenang untuk merenungkan rahasia abadi dari burung-burung di udara, lebah yang beterbangan di siang hari, dan bunga-bunga di bukit yang hijau. 

Ajarilah ia bahwa jauh lebih terhormat gagal, daripada menyontek. Ajarilah ia untuk meyakini gagasan-gagasannya sendiri, walaupun setiap orang mengatakan kepadanya bahwa gagasan-gagasannya itu salah.

Berusahalah memberi anakku kekuatan untuk tidak mengikuti massa, ketika setiap orang lain mengikuti arus. Ajarilah ia mendengarkan orang lain, tetapi menyaring semua yang ia dengar dengan penapis kebenaran dan mengambil hanya yang baik.

Ajarilah ia untuk tidak menaruh kartu harga di hati dan jiwanya. Ajarilah ia untuk menutup telinganya pada 'gonggongan' orang banyak - dan untuk berdiri kokoh serta berjuang jika ia yakin ia benar. Ajarilah ia dengan lemah lembut, tetapi janganlah memanjakannya karena hanya dengan ujian api, baja menjadi bermutu baik.

Inilah pesan yang besar, Dunia. Lihatlah apa yang dapat engkau lakukan. Ia seorang anak yang baik."

Tertanda,
Abraham Lincoln

(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-4, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002) 

Minggu, 08 Juli 2012

Tawaran Seorang Sahabat

Masa resesi membawa tekanan berat dalam bidang perekonomian. Robert dan saya telah bersahabat selama dua belas tahun. Kami merasa cocok, bahkan kepribadian kami memiliki kesamaan. Wajarlah bila saya menemui Robert saat saya mengalami masalah besar dalam bisnis. Dengan sabar ia mendengarkan saya selama beberapa jam.

Saya kira ia akan memberi nasihat untuk saya dalam memulihkan bisnis. Tetapi, apa yang dikatakannya sungguh tak terduga, sesuatu yang luar biasa. "Aku tidak punya jawaban terhadap masalahmu. Tetapi jika hal terburuk terjadi," kata Robert, "aku punya cukup uang untuk kita berdua. Apa pun yang kumiliki adalah milikmu juga."

Robert tidak bercanda. Ia mengatakannya dengan tulus. Tentu saja, saya tak akan begitu saja menerima tawaran Robert. Tetapi, persahabatan sejati yang ditunjukkannya mengingatkan saya akan pemeliharaan Allah.

Tiba-tiba, saya merasa masalah yang saya hadapi tampak kecil. Saya tahu, Allah akan memelihara saya. Dengan menjadi sahabat sejati bagi saya, Robert telah menunjukkan betapa besar kasih Allah kepada saya. (Patrick M. Morley)

(Dari: Buku Embun Bagi Jiwa Terluka, karya Kathy C. Miller & D. Larry Miller. Penerbit Yayasan Gloria, Yogyakarta 2001)

Kamis, 05 Juli 2012

Kerajaan dalam Hati

Mistikus dan teolog asal Jerman, Johann Tauler (1300-1361), berkisah tentang pengalamannya: Suatu hari ia bertemu seorang pengemis dan berkata, "Allah memberimu satu hari yang baik, sahabatku." Pengemis itu menanggapi, "Saya berterima kasih kepada Allah, karena saya tak pernah mengalami satu hari pun yang tidak baik."
"Semoga Allah memberimu hidup bahagia," kata Tauler lagi. "Terima kasih kepada Allah, karena saya tak pernah tidak bahagia."

Tauler heran, "Apa maksudmu?"
"Pada hari yang indah, saya bersyukur kepada Allah. Ketika hujan, saya juga bersyukur. Waktu saya mendapat banyak rezeki, saya bersyukur. Ketika lapar, saya pun bersyukur. Karena apa yang diinginkan Allah menjadi keinginan saya, bagaimana mungkin saya mengatakan saya tidak bahagia padahal saya bahagia?" ujar si pengemis.

Tauler memandang orang itu dengan kagum dan bertanya, "Siapakah Anda?"
"Aku seorang raja," kata pengemis itu.
"Di mana kerajaanmu?"
Dengan tenang pengemis itu menjawab, "Di sini, di dalam hatiku."
(saduran William Barclay)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Selasa, 03 Juli 2012

Menyadari Ketidaksempurnaan

Kedudukan terendah adalah satu-satunya posisi yang tidak menyebabkan perasaan iri di dunia. Tidak ada yang patut dibanggakan maupun menimbulkan konflik batin. 

Memang, "jalan hidup seseorang bukanlah miliknya sendiri," walau terkadang kita menginginkan kemewahan. Ketika hal itu terjadi, tak ada yang bisa dilakukan selain menyadari ketidaksempurnaan, dan melihat diri kita sendiri sebagai makhluk tak berdaya yang sangat membutuhkan pertolongan Tuhan.

Tepat pada saatnya, Tuhan melihat kita, dengan segala ketidakberdayaan kita, dan mendengar seruan kita: "Tuhan, kakiku tersandung, tetapi belas kasihMu adalah kekuatanku." Lalu, Tuhan mengulurkan tanganNya kepada kita.

Jadi, yang perlu kita lakukan adalah merendahkan diri, dan dengan sabar menanggung kelemahan kita. Di sinilah letak rahasia kita, yakni kekudusan sejati.

(Dari: Buku Berpasrah Penuh - 30 Hari Bersama Mahaguru Spiritual Theresia dari Lisieux, editor serial John Kirvan. Penerbit Obor, 2012)

Minggu, 01 Juli 2012

Nilai Penderitaan

Kesedihan dan dukacita adalah bagian yang harus dialami, agar dapat bertumbuh. Setelah melalui penderitaan, Allah akan memulihkan Anda dan memberi Anda pelajaran positif dari kejadian tertentu. Ilustrasi berikut dapat menolong Anda melihat nilai penderitaan:

Sepotong besi harganya 2,50 dollar, jika sudah ditempa menjadi ladam kuda harganya menjadi 5 dollar, jika dibuat jarum harganya 175 dollar, jika dijadikan mata pisau lipat harganya 1.625 dollar, sedangkan jika dibuat menjadi pegas untuk jam tangan harganya 125.000 dollar. 

Sungguh berat "pengujian melalui api" yang harus dilalui oleh potongan besi itu, agar dapat menjadi sedemikian berharga! Semakin banyak besi itu diolah, dipalu, serta melalui pemanasan, pukulan, tempaan, dan polesan, maka semakin tinggi nilainya. (Barbara Johnson)

(Dari: Buku Embun Bagi Jiwa Terluka, karya Kathy C. Miller & D. Larry Miller. Penerbit Yayasan Gloria Yogyakarta, 2001)