Cari Blog Ini

Rabu, 30 November 2011

Diam


Ketika aku benar-benar tenang, aku dapat hidup sepenuhnya di dunia sekuler dan terhindar dari gangguan ketamakan, kekerasan, dan cinta palsu.

Ketika aku diam dan tak banyak bicara, banyak yang kudengar.
Ketika aku tidak diam dan banyak bicara, tidak kudengar apa pun.

Ketika aku diam dan kujaga indraku, banyak yang kurasakan. Ketika aku tidak diam dan sibuk, tak banyak yang kurasakan.

Ketika aku diam dan terpusatkan, kehidupanku penuh.
Ketika aku tidak diam dan tak terpusatkan, kehidupanku tak berpengharapan.

Melentur dan masuklah ke dalam dengan hati yang terbuka.

(Dari: Buku Tao Pemulihan, karya Jim McGregor. Penerbit Lucky Publishers, 2003)

Selasa, 29 November 2011

Ada Kekuatan

Ada kekuatan di dalam cinta,
orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat,
karena ia bisa mengalahkan keinginannya untuk mementingkan diri sendiri.

Ada kekuatan di dalam tawa kegembiraan,
orang yang tertawa gembira adalah orang yang kuat,
karena ia tak pernah terlarut dalam tantangan dan cobaan.

Ada kekuatan di dalam kedamaian diri,
orang yang penuh damai bahagia adalah orang yang kuat,
karena ia tak pernah tergoyahkan dan tak mudah diombang-ambingkan.

Ada kekuatan di dalam kesabaran,
orang yang sabar adalah orang yang kuat,
karena ia sanggup menanggung segala sesuatu dan tak pernah merasa disakiti.

Ada kekuatan di dalam kemurahan,
orang yang murah hati adalah orang yang kuat,
karena ia tak pernah menahan tangannya untuk melakukan yang baik bagi sesama.

Ada kekuatan di dalam kebaikan,
orang yang baik adalah orang yang kuat,
karena ia selalu mampu melakukan yang baik bagi semua orang.

Ada kekuatan di dalam kesetiaan,
orang yang setia adalah orang yang kuat,
karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi.

Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan,
orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat,
karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.

Ada kekuatan di dalam penguasaan diri,
orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat,
karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.

Sadarkah teman, engkau juga memiliki cukup kekuatan untuk mengatasi segala permasalahan dalam hidup ini?

(Dari: Buku Senyuman - Kumpulan 100 Cerita Bijak, karya Y. Sumantri Hp., S.J. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama 2005)

Senin, 28 November 2011

Simpananmu Sehari

Jika Anda mempunyai sebuah bank yang mengkreditkan rekening Anda dengan jumlah Rp 86.400, tetapi Anda tidak boleh memindahkan saldo sebesar apa pun dari satu hari ke hari berikutnya, apa yang akan Anda lakukan?

Nah, Anda memiliki bank semacam itu. Namanya adalah Waktu. Setiap pagi, Waktu mengkreditkan untuk Anda 86.400 detik. Setiap tengah malam, bank Waktu akan menyingkirkan sebagai "kerugian" untuk apa saja yang gagal Anda tabung bagi tujuan yang baik. Bank Waktu tidak memindahkan saldo apa pun, dan tidak membolehkan penarikan apa pun yang melebihi jumlah saldo Anda.

Setiap hari, bank Waktu membuka rekening baru untuk Anda. Setiap malam, Bank Waktu menghanguskan pencatatan-pencatatan pada hari itu. Jika Anda gagal menggunakan simpanan 86.400 detik, kerugian menjadi tanggungan Anda. Tidak ada pengulangan.

Terserah pada kita masing-masing menabung dengan bijaksana 'dana' jam, menit, dan detik yang amat berharga ini, agar mendapat manfaat penuh daripadanya.

(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-4, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)

Mati Berkali-Kali

Seorang pria baru saja pulang dari suatu retret akhir pekan, ketika seorang tetangga bertanya kepadanya bagaimana retret berjalan, ia menjawab, "Saya mati!"

"Saya mengikuti kegiatan itu tanpa tahu apa yang saya harapkan. Tetapi dalam proses retret, saya menemukan, saya telah menghabiskan seluruh hidup saya bersembunyi di balik banyak topeng. Saya sadar, saya bahkan tak pernah membiarkan istri saya melihat diri saya yang sebenarnya. Saya telah membuat permainan dengannya, dengan anak-anak, dengan orang-orang lain. Saya tidak pernah menyatu dengan perasaan-perasaan jujur mengenai diri saya sendiri. Ketika semua ini diperlihatkan selama retret, saya mati berkali-kali," ujar pria tersebut.

"Usia saya sudah separuh baya," ia meneruskan, "tetapi sungguh menyedihkan, saya tak pernah jujur tentang diri sendiri. Saya harus mengalami pengalaman kematian ini, agar dapat menjadi pribadi yang baru."

(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-4, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)

Minggu, 27 November 2011

Sudah Kaya

Ketika Jimmy Haggerty (bukan nama sebenarnya) tinggal di New York, ia memenangi lotere sebesar US$ 10 juta. Lalu, ia pindah ke New Jersey. Suatu minggu, ia keluar sebagai pemenang tunggal lotere senilai US$ 18 juta. Kemudian, ia pindah ke California. Untuk ketiga kalinya ia memenangi lotere sejumlah US$ 20 juta.

Para wartawan mewawancarainya, Jimmy hanya angkat bahu dan berujar, "Aku tak perlu menang lotere apa pun. Sejak semula aku sudah kaya." 

(Dari: Buku Small Miracles - 68 Kisah Nyata tentang Kebetulan Tak Terduga yang Memperkaya Jiwa, karya Yitta Halberstam & Judith Leventhal. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2000)

Tidak Memiliki

Rumahku berkata kepadaku, “Jangan tinggalkan aku, karena di sini tersimpan masa lalumu.” Dan jalan berkata kepadaku, “Kemarilah dan ikutilah aku, karena aku adalah masa depanmu.” 

Lalu, kukatakan kepada rumahku dan jalan itu, “Aku tak memiliki masa lalu, tidak juga masa depan. Kalau aku tinggal di sini, ada kepergian dalam tinggalku, dan kalau aku pergi, ada yang tinggal dalam pergiku.”

(Terjemahan dari Buku Pasir dan Buih, karya Kahlil Gibran dimuat di Buku Menapak Jejak Kahlil Gibran, karya Fuad Hassan. Penerbit Pustaka Jaya, 2000)

Sabtu, 26 November 2011

Hanya Satu Guru

Anda dapat meminta seseorang untuk mengajari aljabar, bahasa Inggris, naik sepeda, atau mengoperasikan komputer. Tetapi tentang hidup, cinta, realitas, dan Tuhan; tak seorang pun dapat mengajar Anda.

Mereka hanya dapat memberikan rumusan-rumusan. Jika Anda menerima rumusan itu begitu saja, Anda memperoleh realitas yang sudah disaring melalui pikiran orang lain. Waktu berlalu dan Anda menyongsong ajal tanpa pernah tahu apa arti melihat sendiri.

Ambillah sudut pandang berikut: Dalam hidup Anda, ada saat-saat di mana Anda punya pengalaman yang akan Anda simpan sendiri sampai mati, karena Anda tak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk menyampaikannya kepada orang lain. Sesungguhnya, memang tidak ada kata-kata dalam bahasa mana pun yang mampu mengomunikasikan dengan tepat apa yang Anda alami.

Persis seperti itulah yang dirasakan seorang guru, ketika Anda memintanya mengajarkan tentang hidup atau Tuhan atau realitas. Yang dapat guru itu lakukan hanyalah memberikan rumusan kepada Anda dalam rangkaian kata-kata. Para guru dapat menunjukkan yang tidak riil kepada Anda, tetapi tidak dapat menunjukkan realitas. Mereka dapat menunjukkan kesalahan Anda, tetapi tidak dapat membuat Anda memiliki kebenaran. Mereka dapat menunjukkan arah menuju realitas, tetapi tidak dapat menentukan apa yang harus Anda lihat. Anda harus berjalan ke sana dan menemukannya sendiri.

Berjalan sendiri berarti pergi meninggalkan setiap rumusan, baik yang diberikan orang lain, yang diajarkan buku-buku, maupun yang Anda temukan sendiri berdasarkan pengalaman masa lampau. Masuk ke dalam wilayah asing sama sekali, tanpa perlindungan rumusan apa pun, mungkin itu yang paling menakutkan bagi manusia.

Dengan demikian, meskipun Anda dikelilingi banyak orang, Anda sungguh-sungguh sendirian. Betapa mengagumkan kesunyian itu. Kesunyian atau kesendirian adalah keheningan. Hanya keheningan inilah yang akan Anda lihat. Saat Anda melihatnya, seketika itu juga Anda tidak lagi membutuhkan buku, pemandu, maupun guru.

Apa yang Anda lihat? Segala hal. Daun gugur, tingkah teman, tumpukan batu, jalanan macet, bintang-bintang di langit, apa saja. Setelah Anda melihatnya, seseorang mungkin mencoba menafsirkan maknanya bagi Anda. Tetapi, Anda menggelengkan kepala, karena yang Anda lihat melampaui segala rumusan, melampaui segala makna.

Saat itulah perubahan aneh terjadi dalam diri Anda. Pada mulanya hampir tak kentara, tetapi ternyata secara radikal mengubah. Anda merasakan kebebasan yang membahagiakan, keyakinan luar biasa yang tumbuh karena tahu bahwa setiap rumusan, betapa pun sucinya, tidak berharga. Anda tak akan pernah berhenti belajar, karena setiap hari mengamati dan memahami seluruh proses serta gerak kehidupan. Setiap hal merupakan guru bagi Anda.

(Dari: Buku Dipanggil untuk Mencinta - Kumpulan Renungan, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 1997)

Jumat, 25 November 2011

Kepercayaan Membatasi Pemahaman

Kebanyakan orang yang telah memiliki kepercayaan, merasa telah menemukan kebenaran. Ada yang percaya kepada Tuhan versi Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Katolik, dan lainnya. 

Ada yang percaya kepada Tuhan tanpa harus beragama. Ada yang percaya kepada kekuatan dewa-dewi, kekuatan roh leluhur, dan seterusnya. Ada yang merasa tidak perlu percaya kepada Tuhan, tetapi percaya kepada kekuatan sendiri, ide-ide, pengetahuan, ideologi, dan seterusnya. Kepercayaan ini begitu mengakar dalam batin orang atau masyarakat sebagai bagian dari pertahanan diri individual atau kolektif. 

Kalau kepercayaan seseorang atau kepercayaan kolektif diguncang atau dipertanyakan, orang menjadi marah dan brutal. Selama orang terjebak dalam kepercayaan sebagai kebenaran dan tidak berani keluar dari kepercayaan yang membuat nyaman, maka arus brutalitas itu belum akan berakhir. Kekacauan dan kekerasan terus terjadi.

Kepercayaan sesungguhnya merintangi pemahaman akan kebenaran. Apa yang kita kenal hanyalah kata, simbol, atau dogma tentang kebenaran. Tetapi dogma tentang kebenaran tidak identik dengan Kebenaran Sejati. Kita mengenal dogma tentang kebenaran, namun Kebenaran Sejati tidak ada dalam dogma mana pun. Kebenaran dogmatis hanyalah kebenaran teori, dan kebenaran teori bukan Kebenaran Sejati.

Dogma atau rumusan kebenaran bukannya tidak berguna. Rumusan kebenaran berguna sebagai penunjuk kepada Kebenaran Sejati. Tetapi, untuk menemukan Kebenaran Sejati, kepercayaan mesti ditanggalkan sepenuhnya. Tidak peduli kepercayaan tentang Tuhan, roh kudus, roh jahat, roh leluhur, kepercayaan kepada ideologi, dogma, atau berbagai bentuk kepercayaan lainnya.
 
Secara objektif, tidak ada kepercayaan tertentu yang lebih benar atau lebih baik dari yang lainnya. Begitu pula, tidak ada kepercayaan tertentu yang lebih dekat dengan Tuhan. Lewat kepercayaan, apakah Tuhan yang sesungguhnya bisa ditemukan? 

Begitu pula, berpindah dari satu kepercayaan ke kepercayaan lain, dari kepercayaan yang keliru ke kepercayaan yang benar, membuat batin hanya menemukan Tuhan sebagai objek kepercayaan. Semua kepercayaan pada kenyataannya justru menghalangi perjumpaan dengan Tuhan yang sesungguhnya. 

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Kamis, 24 November 2011

Goni atau Emas?

Dua orang menempuh perjalanan jauh untuk mencari harta. Mereka mendengar ada kota yang ditinggalkan penduduknya, mungkin ada barang tertinggal yang bisa mereka temukan. Mereka pergi ke kota itu. Ketika berjalan-jalan, mereka menemukan goni. Di zaman itu, goni dipakai untuk membuat benang goni, mirip kain yang digunakan untuk membuat celana jins.

Mereka menemukan goni tercecer, mengumpulkannya, dan masing-masing membawa setumpuk  goni. Setelah beberapa lama, seorang dari mereka menemukan sebuntal benang goni. Salah satu dari mereka berkata, “Kini aku bisa membuang tumpukan goniku. Aku akan mengambil benang goni ini saja.” Namun, temannya berkata, “Aku sudah menetapkan akan membawa setumpuk goni. Ini cukup bagiku.”

Lalu mereka mengalami serangkaian penemuan benda lain yang lebih berharga. Yang seorang terus mengubah dari goni ke benang goni, ke kain goni, lalu ke rami, ke benang linen, ke kain linen. Kemudian mereka menemukan perak, akhirnya emas. Sementara yang satunya tetap tak mau berubah. Ketika mereka kembali ke rumah, yang seorang hanya membawa setumpuk goni, sedangkan kawannya pulang dengan sebuntal emas.

Ini adalah kiasan kuno mengenai penyebab kita tak pernah mau mengganti pandangan dan gagasan kita. Mengapa ketika kita memiliki gagasan tertentu, kita begitu sulit atau keras untuk mengubahnya, padahal sesuatu yang lebih baik datang? Ini sungguh pertanyaan yang menarik.

Alasannya, ketika kita sudah memiliki sesuatu, “Itu goni yang kutemukan,” goni itu nyaris menjadi diri Anda. Goni adalah aku. Aku akan mati, jika aku mendapat jati diri lain, identitas lain. Banyak orang, ketika mendapat gagasan baru, berkata, “Tidak ah, paham ini saja cukup bagi saya…,” atau semacamnya. Kita begitu resisten terhadap perubahan, meski kita tahu ada yang lebih baik. Jika kita memahami kiasan ini, kita tahu apa esensi pencarian kebenaran.

(Dari: Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2! – 108 (Lagi) Cerita Pembuka Pintu Hati, karya Ajahn Brahm. Penerbit Awareness Publication, 2011)

Rabu, 23 November 2011

Melunak untuk Mengetahui

Melunaklah untuk mengetahui. 
Melenturlah untuk memahami. 
Kosongkanlah untuk mengisi. 
Idealisme hanya menciptakan kebingungan. Semakin besar kepastiannya, semakin kurang pemahamannya.

Mereka yang menyangka dikuasai desakan untuk mengajar, mereka memecahkan kepenuhan keheningan, membatasi yang tak berbentuk dengan bentuk, dan mulailah terjadi pengerasan yang butuh waktu lama untuk melunakkannya.

Tersesat dalam benar dan salah,
ya dan tidak,
ideal dan nyata.
Mereka yang pikirannya terbagi, bertengkar satu sama lain.

Dengan melunak, orang bijak menjadi satu dengan semuanya;
dengan mengalir keluar ada yang masuk,
dengan pengosongan ada pengisian,
dengan kehilangan ada penemuan.

Tanpa kesombongan, kehormatan datang dengan bebas.
Tanpa pamer, kehormatan diberikan.
Tanpa sesumbar, kemampuan diakui.
Tanpa pergumulan, Jalan itu mudah.

Milikilah kelunakan di dunia ini, agar segalanya menjadi dirinya sendiri.
Bersikap lembutlah terhadap semua orang, agar tidak menghambat pertumbuhan mereka menjadi diri sendiri.

Kalau orang bijak bersikap lentur terhadap segalanya, 
segalanya bersikap lentur terhadapnya.
Demikianlah, ada kecocokan dan keutuhan mendalam. 

(Dari: Buku Tao Kehidupan - Ajaran Lao Tzu yang Diadaptasi untuk Zaman Baru, karya Ray Grigg. Penerbit Lucky Publishers, 2002)

Selasa, 22 November 2011

Kereta yang Sesungguhnya

Negeri Yue tidak punya kereta, orang-orang di sana juga tidak tahu bagaimana cara membuat kereta. Mereka sangat ingin tahu teknik pembuatan kereta untuk memperkuat kekuatan pasukan perang mereka.

Suatu kali, seseorang dari negeri Yue bertamasya ke negeri Jin. Dalam perjalanan pulang, di hutan perbatasan antara negeri Jin dan negeri Chu, tiba-tiba ia melihat sebuah benda menarik. “Bukankah itu kereta?” pikir orang Yue ini, teringat bentuk kereta yang dilihatnya di negeri Jin.

Benda itu memang sebuah kereta, namun sudah rusak parah. Rodanya hancur, kayu penyangganya telah lapuk, tidak ada bagian kereta yang masih utuh. Tetapi orang Yue ini tidak punya gambaran yang tepat tentang bentuk kereta seperti apa. Ia ingin memberi jasa bagi negerinya yang tak punya kereta. Maka, ia mencari cara untuk mengangkut kereta bobrok itu ke negeri Yue.

Setiba di negeri Yue, ia gembar-gembor atas keberhasilannya mendapatkan kereta, “Datanglah ke rumah saya. Keretanya luar biasa.” Orang-orang berduyun-duyun datang melihat kereta. Mereka sangat puas. Hampir semua orang percaya pada omong besar orang itu.

“Kelihatannya tidak bisa dipakai. Apakah sudah rusak?” tanya seorang.

“Kamu tidak percaya perkataan Tuan itu? Sejak awal pasti kereta bentuknya memang begitu,” ujar  yang lain.

Akhirnya rakyat negeri Yue membuat kereta yang modelnya sama persis dengan kereta bobrok itu. Orang-orang negeri Jin dan negeri Chu yang melihat kereta buatan negeri Yue tertawa terbahak-bahak. Tetapi orang Yue tak peduli dengan cemoohan itu dan terus memproduksi kereta rusak.

Suatu ketika, terjadi peperangan. Musuh mulai menekan sampai ke perbatasan negeri Yue. Tetapi rakyat Yue sama sekali tak gentar. Para tentara Yue yang mengendarai kereta bobrok mulai maju menyerang musuh. Belum terlalu jauh berjalan, kendali kereta dan penyangganya lepas. Tentara Yue jatuh dari kereta. Pasukan musuh dengan mudah menyerang maju dan membuat barisan tentara Yue hancur. Pasukan Yue tak mampu bertahan. Tetapi sampai akhir, mereka masih tidak tahu, kalau kekalahan mereka disebabkan kereta yang rusak.

Saat mempelajari sesuatu kita hendaknya tidak asal saja, langsung menelan mentah-mentah, atau meniru sama persis yang diajarkan. Gunakanlah akal, pilah dan pilih, ambillah bagian yang baik dan berguna, buanglah yang rusak dan merugikan.
 
(Dari: Buku 200 Kisah Terindah Sepanjang Masa dari China, karya Din Man. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2011)

Sampai di Dasar


Ketika Tuhan melemparkan aku, sebuah kerikil, ke dalam telaga yang indah ini, 
kuganggu ketenangan permukaannya dengan lingkaran-lingkaran yang tak terhitung jumlahnya. 

Tetapi, ketika sampai di dasarnya, aku menjadi tenang sekali.
                                         
                                       - Kahlil Gibran (1883-1931)
                                                                  seniman, penyair, dan penulis
  
(Terjemahan dari Buku Pasir dan Buih, karya Kahlil Gibran dimuat di Buku Menapak Jejak Kahlil Gibran, karya Fuad Hassan. Penerbit Pustaka Jaya, 2000)

Senin, 21 November 2011

Lihatlah ke Dalam


Ketika Anda menyalin sebuah gambar selama beberapa generasi, maka gambarnya akan mengalami distorsi sampai pada titik di mana gambar itu hanya memiliki sedikit hubungan dengan yang asli dan tak dapat dikenali lagi.

Dengan cara yang sama, Anda tidak bisa membangun hubungan tangan kedua dengan Tuhan, karena kekuatan Anda yang sebenarnya ada dalam hubungan langsung Anda dengan kuasaNya.

Jika Anda berusaha mengenal Tuhan melalui penafsiran-penafsiran banyak orang yang datang sebelum Anda, maka Anda tidak akan mengenal Tuhan, karena Anda hanya mengetahui persepsi orang-orang lain yang sering kali tercampur rasa takut dan bersalah. Ini sama sekali bukan ungkapan rasa cinta.

Jika Anda bergantung pada orang lain dalam mendefinisikan Tuhan untuk Anda atau mendiktekan jalan Anda menuju kedamaian, maka Anda semakin bingung dan hubungan Anda dengan Tuhan semakin kurang mendalam.  

Singkirkanlah segala sesuatu yang orang lain pernah katakan kepada Anda tentang Tuhan, kebenaran, dan kehidupan (semuanya sama). Kembangkanlah pemahaman dan hubungan Anda sendiri. Semua yang ada dulu itu, kini ada di hadapan Anda dan mengajak Anda mengetahuinya dengan cara Anda sendiri.

(Dari: Buku Hati yang Bijaksana – Wisdom of the Heart, karya Alan Cohen. Penerbit Interaksara, 2005)

Minggu, 20 November 2011

Pembuat Etiket

Hidup itu bagaikan sebotol anggur keras.
Ada yang puas membaca etiket yang tercantum pada botolnya,
ada yang mencicipi isinya.

Suatu kali Sang Guru menunjukkan setangkai bunga kepada murid-muridnya,
dan meminta agar setiap orang menyatakan pendapatnya tentang bunga itu. 
Mereka mengamati bunga selama beberapa saat.

Lalu, ada yang mengungkapkan falsafah tentang bunga. 
Ada yang menggubah puisi.
Ada pula yang membuat perumpamaan. 
Semua berusaha saling mengalahkan dengan uraian semakin dalam.

Pembuat etiket!

Salah seorang mengamati bunga itu, 
lalu tersenyum tanpa berkata apa-apa.
Hanya dialah yang telah melihatnya. 

Seandainya aku dapat menikmati seekor burung,
setangkai bunga,
sebatang pohon,
wajah seorang manusia!

Tetapi sayang, aku tak punya waktu!
Aku terlalu sibuk membaca semakin banyak etiket
dan malah masih kutambah dengan etiket-etiket buatanku sendiri.
Padahal, satu kali pun aku belum pernah
mabuk karena anggur di dalam botol.

(Dari: Buku Burung Berkicau, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Yayasan Cipta Loka Caraka, 1984)

Sabtu, 19 November 2011

Nada yang Beragam

Orang menganggap yang satu cantik, yang lain tidak cantik,
menganggap ciptaan yang satu baik, yang lain tidak baik.
Padahal, penciptaan dan kehancuran, sulit dan mudah,
panjang dan pendek, tinggi dan rendah,
semuanya bangkit dari satu sama lain.

Sama seperti yang ada dengan yang tidak ada,
saling melahirkan satu sama lain,
nada yang beragam menciptakan musik,
memberikan tekstur pada kehidupan,
dan memupuk daya imajinasi.

Seorang yang bijak, menerima segalanya apa adanya,
membiarkannya datang dan pergi,
sesuatu di mana ia dapat berpartisipasi,
bukan untuk didominasi, dipupuk, dan dimiliki.

Dalam kesatuan dengan apa yang ada, 
ia mencipta dengan bebas, tanpa mengklaim berkuasa,
sebab roh ada di mana-mana dan di dalam diri kita. 

(Dari: Buku Tao Kehidupan yang Bertujuan, karya Judith Morgan & Andre de Zanger. Penerbit Lucky Publishers, 2003)

Jumat, 18 November 2011

Mencari yang Sempurna

Seorang pemuda yang hidup di Perth, Australia, merasa telah mencapai usia saat ia harus memiliki pasangan hidup. Ia mencari gadis sempurna di seluruh negeri untuk dinikahi. Bertemulah ia dengan seorang gadis sangat cantik - gadis yang bisa menghiasi sampul majalah perempuan bahkan tanpa kosmetik! Namun, meski ia kelihatan sempurna, pemuda itu tak bisa menikahinya. Sebab... gadis itu tak bisa masak. Sang pemuda pergi, karena gadis itu tidak cukup sempurna baginya.

Lalu, ia mencari lagi selama berbulan-bulan, ia menemukan gadis yang bahkan lebih cantik lagi. Masakan si gadis luar biasa lezat, karena ia memiliki restoran sendiri. Namun, pemuda ini tak bisa menikahinya pula. Sebab... gadis itu tidak bisa menjalin percakapan sama sekali. Pendidikannya belum tamat, segala yang ia ketahui cuma memasak. Pemuda itu pun pergi.

Setelah kembali mencari selama berbulan-bulan, ia menemukan gadis yang begitu cantik, pintar memasak melebihi masakan di restoran bintang lima, dan sangat cerdas dengan dua gelar doktor. Gadis ini pun begitu baik, begitu welas asih, dan bisa menjalin percakapan dengan begitu hebat. Ia sempurna!

Tetapi, pemuda ini pun tidak bisa menikahinya. Sebab... gadis ini mencari pria yang sempurna!

(Dari: Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2! - 108 (Lagi!) Cerita Pembuka Pintu Hati, karya Ajahn Brahm. Penerbit Awareness Publication, 2011)

Dicintai dan Mencintai

Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage. 

Dicintai seseorang memberi Anda kekuatan, mencintai seseorang membutuhkan  keberanian.

                  - Lao Tzu (sekitar Abad ke-6 Sebelum Masehi, zaman Dinasti Chou.  Filsuf mistis China kuno, penulis Tao Te Ching, dipandang sebagai penggagas ajaran Tao)

Kamis, 17 November 2011

Kebebasan Mencinta

Lihatlah hidup Anda. Lihat bagaimana Anda mencoba mengisi kekosongan hidup dengan orang-orang di sekitar Anda. Akibatnya, orang-orang itu menjerat Anda. Perhatikan bagaimana mereka mengendalikan tingkah laku Anda, agar sesuai dengan yang mereka setujui. Sebagai teman, mereka bisa menghapus rasa kesepian Anda. Puji-pujian mereka bisa menyemangati Anda.

Sebaliknya, dengan berbagai kritik dan penolakan yang dilontarkan, mereka mampu membuat Anda sedih dan putus asa. Lihatlah diri Anda yang menghabiskan energi dan waktu untuk menenangkan amarah dan menyenangkan orang lain. Anda hidup dengan norma mereka, mematuhi standar mereka, mengharapkan kesediaan mereka menjadi teman Anda, mendambakan cinta mereka, mencemaskan cemoohan mereka, merindukan pujian mereka, dan pasrah menerima rasa bersalah yang mereka bebankan kepada Anda.

Cermati juga, bahkan ketika Anda menguasai mereka, Anda justru bergantung pada dan diperbudak mereka. Orang-orang sudah terlanjur menjadi bagian hidup Anda, sehingga Anda tak dapat membayangkan hidup tanpa pengaruh dan kendali mereka. Mereka telah meyakinkan Anda bahwa tanpa mereka, Anda hanya akan menjadi pulau terpencil, kesepian, dan tanpa cinta.

Padahal, sebaliknyalah yang benar. Bagaimana Anda dapat mencintai orang yang memperbudak Anda? Bagaimana Anda dapat mencintai orang yang membuat Anda terikat padanya? Dalam situasi itu Anda hanya mendambakan, membutuhkan, bergantung, takut, dan dikendalikan. Cinta hanya mungkin tumbuh dalam kebebasan dan ketiadaan ketakutan. Bagaimana cara mencapai kebebasan ini? Dengan melawan ketergantungan dan perbudakan Anda.

Berlawanan dengan kepercayaan umum, obat mujarab bagi rasa kekeringan cinta dan kesepian bukanlah adanya teman, melainkan komunikasi dengan realitas. Saat sampai pada realitas, Anda akan mengetahui makna kebebasan dan cinta. Anda akan memahami bagaimana Anda bisa tetap bebas dari orang-orang di sekitar Anda dan sekaligus mampu mencintai mereka.

(Dari: Buku Dipanggil untuk Mencinta - Kumpulan Renungan, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 1997)

Rabu, 16 November 2011

Wajah Asli

Kalau Anda tidak berlari secara psikologis, Anda bertemu dengan wajah asli Anda yang adalah kekosongan. Wajah Anda yang asli ini sering terselubungi oleh program-program olah kerohanian yang Anda pelajari selama ini.  Tanggalkanlah program-program itu dan lihatlah kembali wajah asli Anda.

Kekosongan tidak menarik bagi pikiran atau diri/ego, sehingga sering kali si pemikir lari dari realitas, misalnya dengan melihat keindahan alam atau berimajinasi tentang sesuatu di masa depan yang menimbulkan kenikmatan. Padahal, sesuatu yang menarik, bernilai, bermakna hanyalah konstruksi mental; dan semua konstruksi mental adalah ilusi. 

Si pemikir yang mencari makna juga merupakan ilusi. Karena itu, sadarilah, selamilah, selidikilah, cermatilah - tanpa daya-upaya - kesepian, kebosanan, kemarahan, kekosongan, serta seluruh gerak pelarian dari realitas.

(Dari: Buku Meditasi Sebagai Pembebasan Diri, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2011)

Realitas Terdalam

Kekosongan merupakan realitas diri yang terdalam. Memandang segala sesuatu dari titik kekosongan membuat segala sesuatu terpahami apa adanya. 

Dalam titik kekosongan, ada pemahaman di luar pikiran. Pencerahan terlahir, kelekatan terlepas, dan esensi segala sesuatu muncul dengan sendirinya. 

                                              - J. Sudrijanta, S.J.

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Selasa, 15 November 2011

Merangkul Ketiadaan

Sebuah roda ditopang oleh tiga puluh jari-jari,
tetapi lubangnyalah, ketiadaannyalah,
yang menjadikannya roda.

Sebuah mangkuk terbuat dari tanah liat,
tetapi bagian tengahnya, kedalamannyalah,
yang membuatnya bermanfaat.

Kayu dan batu membentuk sebuah rumah,
tetapi ruangannya, keterbukaannyalah,
yang membentuk rumah tangga.

Sama seperti ketiadaan dan keberadaan,
bergabung menjadi lebih bermanfaat,
kita dibantu oleh ketiadaan untuk menciptakan bentuk. 

(Dari: Buku Tao Kehidupan yang Bertujuan, karya Judith Morgan & Andre de Zanger. Penerbit Lucky Publishers, 2003)

Senin, 14 November 2011

Kekuatan Tindakan Murni

Suatu larut malam, aku melewati sebuah jalan remang-remang, ketika mendadak terdengar jeritan-jeritan tertahan dari balik semak-semak. Aku berhenti dengan terkejut dan memasang telinga. Rasa panikku timbul, ketika menyadari yang kudengar itu adalah suara orang yang sedang bergumul. Geraman berat, gerakan meronta dalam kepanikan, dan bunyi pakaian yang dirobek. Seorang perempuan sedang diserang, hanya beberapa meter dari tempatku berdiri.

Mestikah aku melibatkan diri? Aku takut memikirkan keselamatanku sendiri. Dalam hati aku menyumpah, kenapa aku memilih rute lain untuk pulang kali ini. Bagaimana kalau aku nanti jadi korban? Apakah sebaiknya aku mencari telepon terdekat dan menghubungi polisi? Pergulatan batinku hanya berlangsung beberapa detik. Teriakan-teriakan perempuan itu semakin lemah. Aku mesti cepat bertindak. Bagaimana mungkin aku pergi begitu saja?

Akhirnya kubulatkan tekad. Aku mempertaruhkan hidupku. Aku bukan lelaki pemberani, juga tidak atletis. Entah dari mana aku memperoleh semangat dan kekuatan fisik itu. Mendadak aku merasakan perubahan. Aku lari ke balik semak-semak dan menarik si penyerang dari atas tubuh si perempuan.

Kami berguling-guling di tanah dan bergumul beberapa menit, sampai kemudian si penyerang bangkit dan melarikan diri. Sambil terengah-engah aku berdiri dan mendekati perempuan yang bersembunyi di balik pohon sambil menangis. Dalam kegelapan, aku hampir tak dapat melihat sosoknya, tetapi aku bisa merasakan ketakutannya.

Karena tak ingin membuatnya semakin ketakutan, aku berbicara dari jauh kepadanya. "Tak apa," kataku sambil berusaha menenangkannya. "Orang itu sudah pergi. Kau aman sekarang."

Lama suasana sunyi. Kemudian perempuan itu berkata keheranan, tak percaya, "Dad, kaukah itu?"
Dari balik pohon, melangkah keluar putri bungsuku, Katherine.

Banyak orang takut, kalau-kalau perbuatan baik yang mereka lakukan justru membawa bencana bagi mereka. Namun, kisah di atas merupakan contoh nyata, seseorang memperoleh kekuatan karena tindakan murninya menolong sesama.
  
(Dari: Buku Small Miracles - 68 Kisah Nyata tentang Kebetulan Tak Terduga yang Memperkaya Jiwa, karya Yitta Halberstam & Judith Leventhal. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2000)

Minggu, 13 November 2011

Jalan yang Memiliki Hati


Anda mempunyai sebuah jalan yang sesuai dengan jiwa Anda. Untuk mengetahui apakah jalan yang Anda telusuri adalah jalan yang benar, bertanyalah kepada Anda sendiri. Jika Anda merasa hidup dan terpenuhi, maka Anda dapat memastikan Anda berada di jalur yang tepat. Namun, jika hati Anda hampa, lapar, atau mengalami konflik, pandanglah lebih dalam… jiwa Anda sedang berusaha mengatakan sesuatu.

Begitu banyak orang merasa mapan pada suatu jalan yang tidak memiliki hati, yang kelihatannya wajar – tetapi sebenarnya jalan itu tidak alami. Orang lain mungkin berusaha meyakinkan Anda bahwa Anda adalah orang yang naif atau tidak mungkin mewujudkan impian Anda. Kenyataannya, pemuasan jiwa merupakan sasaran yang akan membawa kedamaian sejati.

Jangan pernah menyerah dalam mengikuti kebenaran yang Anda yakini. Jangan berkompromi untuk sesuatu yang Anda tahu sebagai realitas. Ketika Anda menerima bahwa hidup Anda di dunia ini untuk bahagia, maka kehidupan Anda akan berubah dan hati Anda pun merasakan kepenuhan. Ketika Anda sampai pada akhir perjalanan, Anda akan merasa puas.

(Dari: Buku Hati yang Bijaksana – Wisdom of the Heart, karya Alan Cohen. Penerbit Interaksara, 2005)